Pengetahuan IJK Masyarakat Masih Rendah, OJK Diminta Giatkan Sosialisasi

Rabu 14-10-2020,13:30 WIB
Reporter : Delpa Iswarani
Editor : Delpa Iswarani

CE ONLINE - Pengetahuan masyarakat terkait dengan Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bengkulu dinilai masih cukup rendah. Dikatakan Plt Gubernur Bengkulu, Dedy Ermansyah masih rendahnya pengetahuan tersebut disebabkan kurangnya informasi.

Maka dari itu ia meminta seluruh stakeholder terkait khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ini agar mereka lebih memahami produk dan layanan industri jasa keuangan.

"Masyarakat itu banyak yang tidak tahu produk dan layanan industri jasa keuangan itu apa, padahal banyak produk dan layanan yang bisa ditawarkan," sampai Dedy dalam sambutannya saat membuka kegiatan dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan (BIK) di Balai Raya Semarak Begkulu, Selasa (13/10) kemarin.

Menurut Dedy, rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan industri jasa keuangan menyebabkan indeks literasi keuangan di daerah rendah. Bahkan indeks literasi Bengkulu saat ini baru mencapai 34,12% atau lebih rendah dibandingkan nasional yang tercatat sebesar 38,04%.

"Tidak hanya inklusi keuangan saja yang dipacu, akan tetapi indeks literasi keuangan juga harus dipacu agar masyarakat paham dengan produk yang ditawarkan oleh industri jasa keuangan," ujarnya.

Terpisah Kepala OJK Provinsi Bengkulu, Yusri mengatakan, semakin tinggi tingkat inklusi keuangan masyarakat, akan memungkinkan mereka membuat keputusan yang tepat mengenai pengelolaan keuangannya. Bahkan sebuah studi oleh World Bank menegaskan bahwa peningkatan inklusi keuangan sebesar 1% dapat mendorong pertumbuhan PDRB per kapita sebesar 0,03%.

"Inklusi keuangan itu memiliki dampak kepada perekonomian daerah, makanya kita selalu pacu agar indeks inklusi kita terus meningkat," kata Yusri.

Dikatakannya, inklusi keuangan merupakan akses masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan seperti transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hingga 2019 lalu, indeks inklusi keuangan di Provinsi Bengkulu mencapai 85,56%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks inklusi keuangan nasional yang tercatat sebesar 76,1%.

"Walaupun indeks inklusi keuangan di Provinsi Bengkulu sudah diatas angka nasional, akan tetapi kita tetap diberi target oleh pemerintah untuk menaikkan angkanya hingga 90% pada 2024 mendatang," ujarnya.

Sementara itu, untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, OJK Provinsi Bengkulu melakukan beberapa kegiatan pada Bulan Inklusi Keuangan 2020 ini. Yaitu dengan bekerjasama Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di daerah dalam hal ini Bank Bengkulu, Kantor Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia Bengkulu, dan PT Pegadaian (Persero) Cabang Bengkulu untuk meningkatkan angka inklusi daerah.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada BIK 2020 ini meliputi Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) dengan target pembukaan 3.000 rekening simpanan pelajar baru. Program Business Matching penyaluran kredit, program perluasan investor Pasar Modal melalui pembukaan akun rekening sekuritas. Terkahir program menabung emas dengan target 500 penabung baru dengan nilai total transaksi Rp 1 miliar.

Tags :
Kategori :

Terkait