Masuk 10 Besar Nasional Inovasi TTG 2021
Tidak pernah terbayangkan oleh Syaifudin Zuhri, karyanya membuat mesin roasting kopi tanpa kompor bisa tembus nominasi 10 besar nasional teknologi tepat guna (TTG) 2021 yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Informasi Desa tertinggal dan Transmigrasi atau Kemendes PTD Transmigrasi Republik Indonesia. Seperti apa karya dari putra asli Kepahiang ini?
Berikut kutipan wawancara singkatnya.
==== IRWANSAH, Kepahiang ====
"Saya hanya tamat SMA jurusannya juga Sosial tidak ada kaitannya dengan teknik, saya belajar otodidak dari pengalaman saya bekerja di pabrik kompor gas di daerah Tangrang Banten," ucap Udin -- Syaifudin Zuhri -- mengawali pembicaraannya kepada wartwan CE di bengkel UMK PADEK Desa Taba Air Pauh Kecamatan Tebat Karai Kepahiang Minggu (5/9) kemarin.
Dijelaskan bapak 3 anak kelahiran Kepahiang 51 silam ini. Pada tahun 1989 disaat dirinya masi duduk dibangku kelas II sekolah lanjutan atas tepatnya di daerah Tangerang Banten, hingga akhirnya memutuskan kembali pulang kampung halaman pada tahun 2016 lalu dan kembali menetap di desa kelahirannya di Desa Taba Air Pauh.
"Awalnya saya melihat adik sanak saya disini saat mengsangrai kopi masih dengan cara manual, menggunakan kayu atau kompor, disinilah awal saya berpikir untuk membuat mesin roasting kopi," aku suami dari Nenah Juaenah.
Awalnya sambung Udin, dirinya membuat mesin roasting dengan mengunakan bahan bakar gas. Namun setelah dihitung secara ekonomis mesin roasting dengan bahan bakar gas, masih belum mampu menekan biaya produksi, karena selain mengunakan gas tetap juga mengunakan tenaga aliran listrik. Sehingga dirinya terus berinovasi untuk mengurangi biaya produksi dari karya yang dirinya buat. Hingga akhirnya terciptalah mesin roasting tanpa kompor dan hanya mengunakan listrik.
"Alat yang saya buat ini secara ekonomis bisa menghemat biaya mecapai 50 persen dibandingkan dengan mesin rosting buatan pabrik," sebut ayah dari 3 anak masing masing, Farhan Sujudi Sunre, Alia Dwikurnia Sunre dan Rahma Nadin Sunre.
Dijelaskannya, jika mengunakan mesin roasting berbahan bakar gas, untuk sekali produksinya biaya yang dikeluarkan mencapai Rp. 500 / Kg, dengan mesin roasting karyanya biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp 230/kg
Masih dikatakan Udin, untuk dapat membuah 1 mesin roasring otomatis dengan mengunakan tenaga listrik, waktu yang dirinya habiskan bisa mencapai 2 bulan. Ini dikarenakan sebagian komponen yang dibutuhkan masih harus dipesan dari luar Bengkulu.
"Kalau pikiran untuk membuat mesin roasting ini secara masal ada, tapi karena keterbatasan modal yang saya miliki hari ini saya hanya bisa membuat jika ada yang memesan saja," akunya.
Yang mana sejak alat produksi roasting kopi tanpa kompor hasil produksinya diikutkan pada lomba inovasi TTG 2021, dan masuk nominasi 10 besar dan akan dilombakan lagi untuk mencari juaranya. Dikatakan alumni SMPN 2 Curup tahun 1987 ini, sedikitnya saat ini sudah ada 3 pemesan yang menginginkan karyanya. Dinama untuk satu mesin roasting otomatis tanpa kompor dijual udin seharga Rp 25 juta, sedangkan untuk mesin roasting semi otomatis berbahan bakar mengunakan gas dijual seharga Rp 15 juta.
"Sebenarnya bisa lebih murah lagi, kalau komponennya banyak dijual di Kepahiang atau di Bengkulu, tapi ini sebagian besar alatnya saya pesan dari luar bengkulu seperti dari jakarta dan beberapa daerah di Jawa," ucapnya.