Petani yang Ringan Tangan Itu Diberondong Peluru

Petani yang Ringan Tangan Itu Diberondong Peluru

Mengenang Surini (54) Korban Penembakan Brutal Oknum Polisi

Isak tangis keluarga pecah kala mendengar berita duka dari daerah tetangga, Lubuklinggau (14/8). Mereka tak menyangka jika sosok Surini (54) yang dikenal sebagai seorang petani yang periang dan ringan tangan itu harus berakhir tragis. Tiga butir peluru yang dilepaskan oleh oknum Polisi dari Sat Sabhara Polres Lubuklinggau berinisial MA, bersarang di bagian dadanya dan merenggut nyawanya. Seperti apa sosok Surini di mata keluarga, dan tetangganya. Berikut laporannya.


HABIBI IFRIANSYAH, Sindang Kelingi

Bagi warga Desa Belitar, sosok Surini bukanlah orang asing. Bersama dengan suaminya Kaswan (62) mereka dikenal sebagai pasangan petani suami-istri yang ulet dan rajin.  Memegang teguh tradisi Jawa yang dikenal sopan dan ramah dengan setiap orang, pasangan ini banyak disenangi para tetangganya. Termasuk sosok almh. Surini yang dikenal ringan tangan dalam menolong tetangganya yang membutuhkan bantuan.

Kaswan, yang telah puluhan tahun hidup berdampingan dengan istrinya ini mengatakan sosok Surini adalah orang yang selalu ceria, lembut dan mudah bergaul. Kesehariannya dihabiskan di kebun karena profesinya sebagai seorang petani. "Istri saya ini pak adalah orang yang baik, ramah. Kesehariannya hanya bertani," kenang Kaswan.

Dengan sikapnya yang mudah bergaul itu, Surini gampang berbaur dengan warga desanya. Bahkan di mata masyarakat Desa Belitar Surini dikenal orang yang selalu aktif dengan kegiatan desa dan selalu ikut membantu jika ada masyarakat yang lagi hajatan. "Istri saya itu sosok yang selalu memberikan kenyamanan ketika berada didekatnya. Dengan sikap penolongnya itu, banyak para tetangga yang senang dengan almh. Karena baginya menolong dan membantu sesamanya adalah tugas serta kewajiban yang harus dimiliki setiap orang," kata Kaswan.

Tak heran jika di awal-awal informasi tentang penembakan itu, banyak warga desa yang datang dan mempertanyakan hal itu kepada saya. Mereka seakan tak percaya dengan berita duka yang datang tersebut. "Mengapa tuhan begitu cepat memanggil umatnya yang baik," lirih Kaswan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh kakak korban, Nurmani (62). Ia melihat sosok adiknya itu adalah orang yang menjadi beban bagi keluarga. Sebaliknya ia sering membantu keluarga termasuk warga lain. "Sosok Surini orang yang selalu memberikan kenyamanan saat berkumpul bersama beliau. Ceria, dan ramah kepada setiap orang," kenang Nurmani (62) yang merasa sangat terpukul dengan kepergainnya yang cepat.

Meskipun dengan orang baru sekalipun, Surini dikenal baik dan ramah. Banyak pihak menyesalkan kejadian tersebut yang menimpa. Dan banyak pihak yang jauh-jauh datang untuk melihat kondisi yang dialami oleh korban. Termasuk salah satunya Rahmat, mahasiswa STAIN yang sempat melakukan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di desa tempat korban tinggal.

Diakui Rahmat yang sengaja datang untuk melayat dan ikut dalam pemakaman Surini, kaget dengan berita yang ia dengar. Rasa tak percaya dan berharap itu adalah berita hoax, ia pun datang ke kediaman Surini untuk memastikan informasi tersebut. Bagi Rahmat Surini orang periang yang sangat membantu. Termasuk membantu dirinya dan rekan-rekannya saat melakukan KPM di Desa Belitar. "Kita kemarin sempat KPM di sini. Dan kami menganggap beliau adalah orang tua kami sendiri," kata Rahmat. (**)

Sumber: