Migor Semakin Langka Hilang Dipasaran
CURUPEKSPRESS.COM, KEPAHIANG - Upaya pemerintah, untuk menstabilkan kembali harga minyak goreng (Migor) dengan melaksanakan operasi pasar, tampaknya sia-sia dan bahkan memperburuk keadaan. Pasalnya saat ini kelangkaan migor dipasaran semakin parah dan selalu menjadi keluhan mayarakat khususnya kalangan ibu rumah tangga (IRT).
Seperti yang disampaikan Wati (43) warga Kelurahan Dusun Kepahiang Kecamatan Kepahiang, yang mengaku sempat mengitari kawasan Pasar Kepahiang untuk mendapatkan migor. Akan tetapi usaha yang dirinya lakukan itu sia-sia. Wati harus pulang dengan tangan kosong tidak mendapatkan setetespun migor yang diinginkannya.
"Waktu Operasi Pasar, saya terlambat dan saat saya datang migor yang dijual pemerintah sudah habis," kata Wati.
Dijelaskannya setelah iu, dirinya mencoba untuk mencari seliter migor dalam kawasan Pasar Kepahiang. Lagi-lagi dirinya ketiban sial, hampir seluruh toko yang dirinya datangi untuk mencari migor, tidak ada lagi yang memiliki stok migor yang dirinya inginkan.
"Di warung-wrung dan toko juga sama, tidak ada lagi yang jual migor," ucapnya.
Disampaikannya, dengan keadaan tersebut, pada saat itu bukan migor yang dirinya dapatkan, bahan bakan minyak (BBM) sepeda motor yang ditungganginya pun sampai habis.
"Jangankan dapat migor, minyak motor kita yang tekor," canda wati sembari tertawa.
Senada dengan yang disampaikan Wati, keluhan serupa juga disampaikan IRT lainya, Rita (35) warga Kelurahan Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang, yang kesehariannya juga memiliki usaha pembuatan "Peyek". Diakunya dengan kondisi saat ini, bukan saja kesulitan untuk mendapatkan migor, akan tetapi juga mengancam kelangsungan usaha yang selama ini menjadi mata pencaran dari keluarganya.
"Kalau untuk kebutuhan rumah tangga saja susah apa lagi, untuk mencukupi kebutuhan kami yang dalam menjalankan usahanya, migor menjadi salah satu bahan baku wajib," ucap Rita
Diakuinya meski pada pelaksanaan Operasi Pasar yang dilakukan Pemkab Kepahiang pada Jumat(4/3) lalu dirinya mendapatkan 2 liter migor. Akan tetapi stok tersebut jauh dari kebutuhan seharinya dalam pembuatan Peyek. Diakuinya, untuk sekali produksi pembuatan peyek dan keripik pisang, Rita menimal membutuhkan 5 liter mgor.
"Kalau mahal barang ada, kami rasa tidak masalah, kami juga bisa mensiasatinya dengan menaikkan harga, atau mengurangi ukuran jual. Tapi sekarang, kondisinya lain, sudah mahal barangnya juga tidak ada," ucapnya.
Yang parah lagi sambung Rita, para konsumen dari produksi peyek dan keripik pisang miliknya, tidak mau kalau harga jual dinaikan. Kondisi ini sebut Rita, dipastikan akan dapat mematikan usaha yang sudah dijalaninya dan satu-satunya mata pencarian kelurga merek.
Rita dan Wati, keduanya sepakat, meminta pemerintah untuk segera bertindak agar masalah pada salah satu kebutuhan pokok ini bisa segera diatasi agar tidak masalah berpepanjangan ditengah-tengah masyarakat.
"Mana ekonomi lagi sulit, migor juga sulit, harga kebutuhan lainnya juga mengalami kenaikan. Kalau kondisi ini terus berkepanjangan, bisa jadi akan banyak warga miskin di Kepahiag ini," pungkas Wati yang juga diamini Rita. (CE7)
Ingin Berlangganan Koran? Hubungi Whatsapp +628 2178 6396 51
IKUTI JUGA AKUN MEDSOS CE DIBAWAH INI:
Sumber: