8 Atau 20 Rakaat Shalat Tarawih? Ini Penjelasan Buya Yahya

8 Atau 20 Rakaat Shalat Tarawih? Ini Penjelasan Buya Yahya

Shalat Tarawih--

CURUPEKSPRESS.COM - Setiap Ramadan, perbedaan jumlah rakat shalat tarawih 8 atau 20 rakaat sering menjadi perdebatan di kalangan umat islam. Sebagian berpegang pada 8 rakaat, sementara yang lain meyakini 20 rakaat lebih utama. Lantas, bagaimana pandangan ulama mengenai hal ini?

Menurut Buya Yahya, baik 8 maupun 20 rakaat sama-sama merupakan bentuk qiyamul lail atau shalat malam yang dianjurkan di bulan Ramadan. Hadis yang diriwayatkan dari Aisyah menyebutkan bahwa Rasullah SAW. Bisa melaksanakan 11 rakaat (termasuk Witir). Namun, jumlah ini tidak disebut sebagai batas maksimal.

BACA JUGA:Awas Dajjal-dajjal Kecil Sekarang Sudah Ada, Siapakah Mereka? Begini Penjelasan Buya Yahya

BACA JUGA:Iman Seseorang Dinyatakan Runtuh Apabila Melakukan Hal Ini, Kata Buya Yahya

 

Sebaliknya, di zaman khalifah Umar bin Khatab, shalat Tarawih dilaksanakan 20 rakaat secara berjamaah di masjid, dan para sahabat tidak mengingkarinya. Inilah kemudian yang menjadi pendapat mayoritas ulama dari empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali.

Beberapa ulama juga menambahkan bahwa di Madinah, jumlah rakat Tarawih bahkan mencapai 36 rakaat, karena adanya tanmbahan ibadah setelah shalat, seperti tawaf di Makkah yang tidak bisa dilakukan di Madinah.

Pada akhirnya, para ulama sepakat bahwa yang terpenting bukan jumlah rakaatnya, tetapi kualitas dan kekhusyukan dalam melaksankannya. Umat islam tidak perlu memperdebatkan perbedaan ini secara berlebihan, apalagi sampai memicu perpecahan.

BACA JUGA:Tidur Tapi Meraih Banyak Pahala, Begini Penjelasan Buya Yahya

BACA JUGA:Sujud yang Dilarang Dalam Islam, Begini Penjelasan Buya Yahya

 

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, shalat Tarawih adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, baik dilakukan dalam 8 rakaat maupun 20 rakaat. Yang paling utama adalah istiqomah dalam beribadah selama Ramadan.

Pada dasarnya, shalat tarawih adalah ibadah sunnah yang fleksibel, yang bisa dilakukan sesuai dengan keadaan masing-masing. Buya Yahya mengingatkan umat Islam agar tidak saling memaksakan diri dalam jumlah rakaat, karena setiap individu memiliki kapasitas yang berbeda. Yang paling utama adalah kualitas ibadah yang kita lakukan.

BACA JUGA:Dosa Ini Jarang Disadari, Tapi Sangking Bahayanya Bisa Menggerogoti Amal Pahala, Kata Buya Yahya

Sumber: