Setiap profesi pasti memiliki suka duka tersendiri. Tidak terkecuali jadi penakluk api atau yang lazim disebut sebagai petugas pemadam kebakaran. Bukan hanya soal api, namun pemadam kebakaran juga kerap mendapat caci maki jika api telat padam. Berikut laporannya.
HABIBI IFRIANSYAH, CURUP UNTUK menjadi petugas pemadam kebakaran bukan merupakan perkara yang mudah. Karena pada prinsipnya, pemadam kebakaran memiliki resiko dan keberanian meskipun nyawa adalah taruhannya. Meski tidak mudah, pemadam kebakaran juga kerap mendapat caci maki warga. Seperti halnya, kejadian kebakaran yang terjadi di jalan lintas Curup - Lebong atau tepatnya di Kelurahan Tunas Harapan Kecamatan Curup Utara pada Rabu (10/10) malam. Pasca mendapat informasi, 6 unit mobil pemadam kebakaran beserta personilnya milik Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dikerahkan menuju lokasi kebakaran malam itu. Namun dalam perjalanan menuju lokasi, 6 unit mobil Damkar sedikit mengalami keterlambatan. Bukan karena rusak, namun sempitnya ekses jalan lingkungan menuju TKP serta banyaknya kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang turut menyaksikan musibah kebakaran tersebut sebagai tontonan. Meskipun demikian, 6 unit mobil pemadam kebakaran terus berupaya untuk cepat sampai ke lokasi. Hingga akhirnya mobil pemadam kebakaran bersiap menyiramkan airnya dari dalam tanki mobil tersebut. Namun karena kobaran api yang cukup besar, sedikit menyulitkan petugas untuk memadamkan api tersebut. Meskipun demikian, pemadam kebakaran tidak putus asa untuk berusaha memadamkan api meskipun bertaruh nyawa. Sesuai dengan mottonya pantang pulang sebulan padam, petugas terus berupaya memadamkan apinya. Hingga akhirnya api pun padam, tidak serta merta mendapatkan apresiasi dari warga. Bahkan tak jarang banyak warga yang memberikan caci maki kepada petugas bahkan hingga tega melakukan pelemparan dan penganiayaan petugas dilapangan. Salah satunya yang dialami oleh Bambang yang merupakan personil pemadam kebakaran yang saat itu tengah bertugas. "Ada personil kita yang terkena lemparan benda keras sehingga harus dilarikan ke rumah sakit karena mendapat luka di bagian kelapa dan mengharuskan mendapatkan 3 jahitan. Bukan itu saja, petugas kita juga ada yang dipukul," ujar Kadis Damkar Kabupaten Rejang Lebong, Sumardi kepada CE. Menurutnya, caci maki bukan kali ini saja karena sebelum-sebelumnya juga mengalami hal serupa. Lambatnya kinerja Damkar disebabkan ketidakprofesionalan. Padahal keterlambatan juga didasari karena akses jalan yang terbatas yang disebabkan kendaraan dan warga yang menjadikan kebakaran sebagai tontonan yang juga menyulitkan pemadam kebakaran menuju lokasi. Bukan hanya itu, informasi dari warga yang kerap terlambat. "Namun meski demikian, pemadam kebakaran tetap menerima. Meski terkadang pemadam kebakaran juga kerap diberikan informasi palsu," sampainya. Meskipun kerap dicaci maki, namun pemadam kebakaran tetap senang menjalani profesinya. Karena pemadam kebakaran merupakan panggilan jiwa yang harus dijalani dengan ikhlas. Dan terpenting pemadam kebakaran merupakan tugas kemanusiaan yang pada prinsipnya untuk membantu masyarakat. "Suka duka menjadi pemadam kebakaran sudah pasti ada. Namun kami tetap berusaha memberikan yang terbaik kepada masyarakat," tandasnya. (**)