Cerita Hairudin Hidupi Keluarga 20 Tahun, Mengais Rezeki dengan Hasil Mulung

Senin 15-03-2021,09:26 WIB
Reporter : Sari Apriyanti
Editor : Sari Apriyanti

JIKA HIDUP bisa memilih, tidak ada satu orangpun dimuka bumi ini yang mau hidup sengsara dan miskin. Tapi takdir Tuhan Yang Maha Esa lah, yang telah menetapkan garis hidup seseorang. Begitulah nasib yang saat ini dialami Hairudin (50) sang pemulung yang kesehariannya hidup selalu berdekatan dengan sampah. Bagaimana kisahnya? berikut sekelumit kutipan wawancara Wartawan Curup Ekspress bersama Hairudin.

IRWANSYAH, Kepahiang

BAGI kita yang pernah melintasi jalan Bengkulu - Kepahiang, tepatnya tidak jauh dari jembatan Musi Desa Tebat Monok, pasti kita pernah melihat sosok laki-laki parubaya, yang setiap harinya berada ditempat penampungan sampah (TPS) sementara dilokasi tersebut.

Beliau bernama Hairudin (50) warga Kelurahan Kampung Pensiunan Kecamatan Kepahiang. Yang kesehariannya berprofesi sebagai pengais barang rongsokan atau barang bekas, yang kemudian dijualnya kembali untuk kebutuhan keluarganya.

"Kerjo cak iko (Mulung, red) lah lebih 20 tahun, sebelumnyo sayo pernah honorer petugas kebersihan waktu Kepahiang masih belum jadi Kabupaten (menginduk ke Rejang Lebong, red) yang sebulannyo honor kami masih Rp 80 ribu," tutur Hairudin memulai ceritanya kepada CE.

Dikatakannya, musibah yang tidak diinginkan menimpa dirinya kala itu. Sehingga dirinya harus berhenti dari honorer petugas kebersihan, yang memaksa dirinya harus bekerja sebagai pemulung untuk bisa tetap bertahan hidup.

Diceritakan bapak 3 anak ini, kaki kirinya remuk dilindas ban truk sampah saat dirinya tengah bekerja, yang ini juga membuat dirinya mengalami cacat seumur hidup.

"Sayo diberhentikan kek bos sayo waktu itu, kareno sayo idak bisa lagi kerjo kaki sayo pecak kerno digiling ban truk," ujarnya sambari melihatkan kondisi kaki kirinya yang meninggalkan bekas luka.

Diakuinya, untuk tetap bisa membesarkan ke 3 putra dan putrinya yang saat itu masih kecil kecil, dengan segala keterbatasan dirinya mulai kembali bangkit dengan bekerja sebagai pemulung barang rongsokan.

Dimana saat ini ke 3 putra dan putrinya semuanya sudah memiliki keluarga masing masing (berkeluarga). Namun demikian Hairudin tetap saja menjalani hidupnya sebagai pemulung. Setiap harinya Hairudin, berjalan kaki dari tempat tinggalnya di Kelurahan Kampung Pensiunan ke Desa Tebat Monok yang jarannya tidak kurang dari 2 Km.

"Tiap hari sayo disinilah kadang kadang istri jugo nolong, tapi yang pastinyo 2 cucu sayo ini kalu idak sekolah yang nolong sayo," ujarnya (maaf untuk identitas 2 cucu Pak Hairudin tidak bisa kami sebutkan).

Tags :
Kategori :

Terkait