CE ONLINE - Seorang warga negara asing (WNA) asal Pakistan bernama Ahmed Ilyas akan dideportasi oleh Kantor Imigrasi Kelas I Bengkulu karena melanggar keimigrasian melakukan pengumpulan sumbangan ilegal dari masyarakat.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Bengkulu Samsu Rizal dalam konferensi pers Kamis (2/9) kemarin mengatakan, dari hasil pemeriksaan, WNA itu mengaku pengumpulan sumbangan dilakukan untuk bantuan kemanusiaan bagi korban konflik Kashmir di negaranya.
"WNA ini melakukan pengumpulan dana itu tanpa surat keterangan dari instansi terkait. Kegiatan mereka meresahkan dan mengganggu ketertiban umum, untuk itu akan segera kami deportasi ke negara asalnya," ungkapnya.
Penangkapan WNA asal Pakistan ini berawal dari adanya laporan masyarakat yang resah karena dimintai sumbangan oleh orang asing yang mengatasnamakan kemanusiaan. Laporan aduan itu disampaikan melalui akun instagram resmi Kantor Imigrasi Bengkulu.
"Tindakan pengumpulan dana yang dilakukan WNA asal Pakistan itu tidak sesuai dengan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) yakni untuk urusan bisnis dan pekerjaan yang dikeluarkan pada 16 April 2021 dan berlaku sampai 23 April 2023," ujarnya.
Selain deportasi, pihak imigrasi juga akan memberikan sanksi administratif lainnya yaitu pembatalan izin tinggal dan memasukkan nama yang bersangkutan kedalam daftar penangkalan.
"Dia tidak bisa bahasa Indonesia karena dia mengaku belum lama di Indonesia. Jadi dia mengumpulkan dana itu dibantu seorang sopir yang mendampingi sebagai penterjemah karena sopir itu bisa bahasa Pakistan. Sopir itu sudah kita periksa," katanya.
Lebih jauh Samsu menjelaskan, WNA asal Pakistan itu menarik sumbangan dari para pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional Panorama Kota Bengkulu dan beberapa lembaga lainnya menggunakan proposal yang dikeluarkan Alkhidmad Foundation yakni sebuah yayasan kemanusiaan di Pakistan.
Petugas, kata Samsu, belum bisa menghitung berapa sumbangan yang sudah dikumpulkan, karena sumbangan itu dibawa kabur oleh WNA asal Pakistan lainnya bernama Arsalan yang berhasil melarikan diri saat hendak ditangkap petugas.
"Informasi terakhir yang kami terima Arsalan saat ini sudah berada di Jakarta. Soal yayasan Alkhidmad Foundation itu memang benar ada disana, tetapi kita kesulitan untuk mengkonfirmasinya," sampai Samsu.