Sistem kerja empat hari ini menarik perhatian negara-negara Barat yang mulai menguji jam kerja lebih singkat demi keseimbangan hidup dan kerja.
Namun, gagasan ini masih dianggap radikal di Jepang, di mana loyalitas sering diukur dari lamanya waktu di kantor.
Meski demikian, Tokyo bergabung dengan kota-kota lain, seperti Singapura, yang juga mendorong fleksibilitas kerja demi mendukung kebijakan ramah keluarga.