KEPAHIANG, CE - Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kepahiang saat ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Pasalnya, berdasarkan rilis dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepahiang hingga minggu kedua Juni, angka DBD menembus 130 kasus.
"Ini memang sudah kami prediksi, berdasarkan sirkulasinya tahun ini memang akan ada lonjakan kasus DBD, tetapi yang kami syukuri 130 kasus ini masih dibawah dari jumlah prediksi kami sebelumnya yang angkanya akan lebih banyak," ungkap Kabid P2P Dinkes Kepahiang Wisnu Irawan S.Kep, MM.
Wisnu mengatakan, selain karena daerah endemik penyebaran DBD. Pola hidup masyarakat pun berpengaruh terhadap tren kasus yang terjadi. Dijelaskannya, pola hidup bersih di lingkungan masyarakat belum masif dilakukan. Inilah alasan tingginya pertumbuhan hidup nyamuk Aedes aegypti di Kepahiang.
"Kasus tertinggi ada di Kecamatan Kota, ini memang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola hidup masyatakat yang belum membaik, teriyama soal kebersihan lingkungan temlat tinggal," ujarnya.
Masih dikatakannya, upaya yang sudah dilakukan Dinkes Kepahiang dalam menekan angka kasus, selama ada ditemukan kasus DBD, Dinkes Kepahiang, selalu bergerak cepat dengan melakukan upaya fogging. Hanya saja tegas Wisnu, Fogging bulanlah satu satunya upaya untuk menghindari dari DBD, yang terpenting juga melakukan upaya memutus siklus hidup perkembangan biakan nyamuk mematikan ini. Titik-titik tumbuh jentik nyamuk segera diberantas. Upaya ini diyakini mampu menekan jumlah penderita DBD.
"Peningkatan pesat bisa terjadi apabila kesadaran masyarakat yang masih kurang terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)" papar nya.
"Fogging cuma memberi rasa aman sementara, sebab tidak mampu membunuh jentik nyamuk. Jadi masyarakat jangan langsung merasa aman setelah dilakukan fogging, tetaplah berupaya untuk selalu menjaga pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan," tukasnya. ( CE7)