Kejam! Sebelum Dibunuh, Mata Korban Sempat Ditetes Lem

Kejam! Sebelum Dibunuh, Mata Korban Sempat Ditetes Lem

SELUPU REJANG, CE - Kasus pembunuhan sadis yang dialami pasangan suami istri (Pasutri) Sallani (75) dan Hajima (72), warga Desa Cawang Lama pada Selasa (12/12) lalu, semakin menarik untuk disimak. Pasalnya dari keterangan pihak keluarga korban, dari hasil visum yang dilakukan tim medis RSUD Curup menyebutkan jika korban sempat disekap.

BACA BERITA SEBELUMNYA : Heboh Pembunuhan Misterius Pasutri Tauke Kopi

Ini dibuktikan dengan adanya bekas (jenis alteco,red) pada bagian mata korban. Disisi lain, pihak keluarga membantah jika kejadian tersebut terjadi karena adanya unsur dendam. "Kalau menurut kami sendiri ini sepertinya tidak ada unsur dendam,

akan tetapi lebih kepada unsur pencurian," sampai Kades Cawang Lama, Hasbi Hasadigi yang juga merupakan anak ke 5 dari korban saat ditemui CE di rumah duka pada Rabu (13/12) kemarin.

Diakui Hasbi, pihaknya lebih condong pembunuhan tersebut adalah karena hilangnya uang dengan nominal sekitar Rp 1 juta lebih yang berada di laci bawah warung. Termasuk juga dengan uang receh yang berada dalam laci atas yang biasanya ddisimpan untuk tempat uang kembalian yang semuanya ludes tak tersisa.

Belum lagi menurutnya dengan kondisi kunci lemari dan juga laci pada saat kejadian yang semuanya terpasang. Padahal biasanya kunci tersebut tidak pernah terpasang semua pada tempatnya.

"Pada saat kejadian kemarin semua kunci lemari dan laci itu terpasang semua pada tempatnya, padahal biasanya hal tersebut tidak pernah terjadi, belum lagi uang yang berada di laci bawah dan laci atas semuanya ludes dan tak bersisa. Bahkan 500 rupiah pun tidak ada lagi padahal itu biasanya hampir tidak pernah kosong," katanya.

Hasbi juga sempat menceritakan bahwa dari hasil visum rumah sakit, sebelum dibunuh mata korban sempat ditetesi lem alteco. Hal tersebut dilakukan pelaku diduga karena korban mengenali wajah pelaku tersebut. Jadi menurut dugaan hasbi korban dibunuh karena tidak mau menunjukkan lokasi penyimpanan uang dan juga emas yang dimiliki korban.

Pasalnya memang lokasi penyimpanan uang senilai Rp 91 juta dan emas 30 gram yang dimiliki korban tidak disimpan di dalam kamar dan warung korban. Akan tetapi keduanya disimpan di lokasi kamar atas yang fungsinya sendiri dijadikan tempat penyimpanan barang yang sudah tidak terpakai.

"Jadi uang dan emas itu disimpan di kamar atas yang memang tidak ditempati dan dijadikan lokasi penyimpanan barang tidak terpakai atau bisa disebut gudang. Jadi menurut analisa kami, bapak (korban, red) mungkin sempat disekap, jadi karena tidak mau menunjukkan lokasi penyimpanan tersebut, makanya dia dibunuh dan pelaku hanya berhasil menggasak uang yang ada di laci warung itu saja," bebernya.

Selanjutnya Hasbi juga mengungkapkan selama ini orang tua korban bahkan dikenal sebagai tetua di desa mereka. Bahkan sempat beberapa kali mendamaikan pertengkaran rumah tangga di desa mereka tersebut. Belum lagi hubungan baik dengan tetangga juga selalu dijaga oleh kedua orang tuanya itu.

Sedangkan jika dikaitkan dengan dirinya sendiri selaku Kades Desa Cawang Lama, diakuinya selama ini juga tidak pernah ada permasalahan. Diakuinya memang sempat ada perdebatan pada saat dirinya melakukan rapat desa, namun tentunya itu hanyalah perdebatan kecil soal pembahasan pembangunan desa saja.

"Saya sendiri pribadi tidak pernah ada permasalahan dengan warga sini, kalau soal perdebatan saat rapat desa itu memang biasa terjadi dan itu terjadi hanya sebatas dalam forum saja," tandasnya.

Terpisah Ishaq (40) yang merupakan anak ke 6 dari korban juga turut menuturkan hal yang sama. Disampaikannya bahwa mereka memang menduga tidak ada unsur dendam dalam kasus ini. Selanjutnya juga diantara mereka 7 bersaudara selama ini juga tidak pernah membuat konflik ataupun pertengkaran di masyarakat.

"Dari kami 7 saudara tidak pernah ada perdebatan ataupun konflik dengan warga sekitar ataupun orang lain," katanya. Ishaq menyebutkan bahwa saat ini pihak keluarga tidak berharap banyak.

Dirinya hanya berharap pihak kepolisian dapat secepatnya menguak kasus pembunuhan ini. Selanjutnya soal hukuman yang akan diberikan kepada pelaku nantinya semuanya sudah mereka serahkan kepada pihak berwajib.

"Soal kematian orang tua kami kami sudah ikhlas dan untuk pelaku kami serahkan seutuhnya kepada pihak berwajib," singkatnya.

Terpisah Kapolres Rejang Lebong Napitupulu Yogi Yusuf SH SIK melalui Kasat Reskrim Chusnul Komar SH SIK mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman atas kasus pembunuhan pasutri ini. Dimana sebelumnya pihaknya juga sudah meminta keterangan dari dua anak pelaku yakni dari Durhadi (55) anak pertama korban dan juga Ishaq (40) anak ke 6 korban.

"Sebelumnya kami sudah memanggil dua anak korban yang pertama kali menemukan dan mengetahui bagaimana kronologis terjadinya pembunuhan tersebut," sampainya kepada CE via telepon kemarin.

Selain meminta keterangan dari kedua anak korban, pihak kepolisian juga meminta keterangan dari 3 orang warga yang merupakan tetangga korban. Hingga saat ini pihaknya masih mendalami keterangan dari kelima saksi tersebut.

"Hingga saat ini kami masih melakukan pengembangan penyelidikan dari keterangan kelima saksi ini, soal penambahan pemanggilan nanti kita akan lihat kondisi," ungkapnya. Disinggung soal motif pembunuhan, hingga saat ini pihaknya masih mencurigai adanya unsur dendam. Diakui Chusnul hal itu berdasarkan keterangan para saksi yang sudah dipanggil dan juga mengingat kondisi barang berharga milik korban masih utuh.

"Sementara ini pengembangan kami motifnya masih dendam, karena uang Rp 91 juta dan emas pelaku yang 30 gram itu masih utuh. Soal laci itu mana kita tahu disana ada uangnya atau tidak, bisa saja memang tidak ada uangnya.

Namun untuk pastinya kita masih mencari siapa pelaku dibalik pembunuhan ini, barulah nanti jika pelaku sudah ketemu akan bisa kita ungkap apa motif yang sebenarnya," tutupnya. (CE2)

Sumber: