Dongkrak Perekonomian di Tengah Pandemi, Lewat International Coffe Day
CE ONLINE - Pemerintah Provinsi Bengkulu optimis dapat mendongkrak laju perekonomian untuk segera pulih dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19, salah satunya melalui perhelatan International Coffe Day. Dikatakan Plt Gubernur Bengkulu Dedy Ermansyah bahwa salah satunya dari sektor perindustrian dan perdagangan dimana kopi merupakan salah satu produk unggulan daerah.
"Luas area kebun kopi di Provinsi Bengkulu berkisar 95.313 hektar dengan produksi 56,96 ribu ton per tahun. Bengkulu juga telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis untuk Kopi Kepahiang dan Kopi Rejang Lebong," ungkap Dedy.
Dikatakannya, kopi khas Bengkulu ini memiliki tujuh aroma rasa yakni Chocolaty, Sweet, Caramelly, Flowery, Fruity, Black Tea dan Woody dengan kualitas kopi axellent, karena setara dengan Score Coffe Spesiality International bernilai antara 81,33 – 84,42.
"Artinya kualitas kopi Bengkulu tidak diragukan lagi. Hal ini dibuktikan pada tahun 2019 kopi Bengkulu telah mendapat penghargaan dari ajang Agency for The Valorization of The Agrecultural Products di Prancis," ujarnya.
Untuk diketahui, Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Peraturan Presiden No.28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional yakni pengolahan kopi yang ditetapkan sebagai salah satu industri prioritas untuk dikembangkan. Selanjutnya Perpres tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 115/M-IDN/PER/10/2009 Tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi.
"Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat tersebut Pemerintah Provinsi Bengkulu juga memprioritaskan pengembangan industri kopi sebagai salah satu produk unggulan daerah," ungkap Dedy.
Lebih jauh ia menyebutkan, produksi kopi Indonesia berkisar 700 ribu ton pertahun dan penyumbang terbesar eksport tersebut berasal dari Pulau Sumatera, salah satunya adalah Bengkulu. Namun akibat pandemi Covid-19 perekonomian global menjadi terganggu, termasuk sektor perdagangan kopi. Harga kopi internasional terus melemah, ditambah dengan penurunan pasar domestik yang berdampak pada penurunan daya beli terhadap kopi olahan.
Anjloknya harga kopi dunia otomatis mempengaruhi harga kopi nasional. Dimana harga kopi nasional saat ini berkisar Rp 20 ribu perkilogram untuk kopi asalan, kopi Robusta Rp 120 perkilogram, sedangkan kopi jenis Arabika berkisar Rp 150 ribu perkilogram.
"Dengan kondisi seperti ini membuat pelaku usaha lebih tertarik menjual kopi ke pasar lokal dan bisnis kedai kopi sebagai salah satu solusi yang lebih menjanjikan, karena meningkatnya permintaan kaum milenial yang menyukai kopi kekinian. Kita berharap minum kopi bisa dijadikan sebagai budaya sekaligus pengembangan industri pengolahan kopi yang dapat mendongkrak pertumbuhan UMKM," pungkasnya. (CE2)
IKUTI JUGA AKUN MEDSOS CE DIBAWAH INI:
Sumber: