Bupati Promosikan Geothermal
Di Hadapan Anggota DPR RI
KEPAHIANG, CE - Adanya potensi geothermal di Kabupaten Kepahiang menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi Bupati Kepahiang Dr Ir Hidayatullah Sjahid MM. Maklum potensi alam ini bisa menjadi solusi untuk meningkatkan PAD dalam upaya percepatan pembangunan.
Saking bangganya dengan kepemilikan potensi itu, di berbagai kesempatan, Bupati kerap melakukan promosi terhadap potensi yang menghasilkan energi panas bumi itu. Salah satunya saat menerima kunjungan kerja (Kunker) Anggota Komisi III DPR RI Dr Anarulita Muchtar bersama pihak pengembang bantuan daerah.
Dikatakan Bupati bahwa saat ini ada dua titik energi panas bumi atau energi Geothermal, yang bisa digunakan sebagai pembangkit listrik. Salah satunya terdapat di air panas Suban.
Dari dua titik tersebut lanjut Bupati, bisa menghasilkan listrik berkekuatan 600 MW. "Saya sudah sampaikan kepada pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bahwa kita memiliki Geothermal dan bisa menghasilkan listrik sebanyak 600 MW," sampai Bupati
Bupati mengatakan untuk menjadikan Kepahiang terang benderang dan sebagai salah satu daerah penghasil listrik, pihaknya hanya memerlukan 6 MW. Selebihnya bisa disalurkan ke daerah-daerah lain. "Kami hanya butuh 6 Mwe, ini ada 160 Mwe, bisa disampaikan ke Bangka Belitung," kata Bupati
Tetapi, lanjut Bupati, Kepahiang belum memilik modal untuk mengelola potensi itu secara maksimal. Makanya proyek ini butuh bantuan pemerintah pusat. "Karena ini skala besar, kita akan kerjasama dengan pemerintah pusat," ujar Bupati.
Sebagai informasi energi panas bumi atau Geothermal adalah sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Ini karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik.
Biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit listrik Geothermal lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun, setelah mulai beroperasi, biaya produksinya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil. (CE3)