Tari Tradisional Mulai Terkikis

Rabu 10-04-2019,10:41 WIB
Reporter : adminss ea
Editor : adminss ea

RENNI/CE

Penari Turak di kegiatan HUT Kota Curup Tahun 2006.

CURUP, CE - Tari tradisional tentu berpegang pada tradisi secara turun menurun. Hanya saja tari turak yang berasal dari wilayah Lembak yang memiliki arti seruas bambu yang dibuat untuk ditata khusus sebagai tempat menaburkan beras kunyit. Sayangnya kesenian ini jarang ditampilkan dalam pagelaran acara atau pesta di tengah masyarakat. Hal ini disampaikan Ros (58) warga Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang yang merupakan pelatih tari tradisional."Tari Turak ini diwariskan secara turun temurun oleh suku Lembak. Untuk penarinya dibawakan oleh anak-anak putri dengan menggunakan sebuah tabung yang terbuat dari bambu yang berisikan beras kunyit untuk ditaburkan kepada setiap tamu yang datang. Kalau orang sini bilangnya tari penyambutan tamu. Namun, saat ini sudah sedikit anak-anak gadis paham dengan tarian tersebut. Sudah berkurang yang mau belajar nari lagi," ujarnya.

Ros menyampaikan tarian tradisional tersebut harus terus dikenalkan dari generasi pendahulu ke generasi penerusnya. Seperti diajarkan ke sekolah-sekolah, di pertunjukan, dan bersinergi dengan instansi pemerintahan untuk membuat festival."Paling sederhana mulai dari diri, kita tumbuhkan kecintaan terhadap budaya serta jangan malu untuk belajar. Kami ini kan sudah tua, jadi yang bisa lestarikan budaya leluhur kita ya anak-anak remaja disini. Jangan sampai budaya kita ini dikuasi orang asing, karena tidak mau tahu dan belajar tadi. Yang pastinya juga harus selalu dikenalkan potensi yang sudah ada tadi," sampainya.Sementara itu, Ros menjelaskan makna dari tarian tradisional khususnya tari turak.

"Tarian inikan dari turun menurun yang harus kita jaga. Untuk tarian khususnya tari turak ini tujuannya untuk setiap pelaksanaan upacara penyambutan baik penyambutan tamu yang datang kedaerah maupun penyambutan pengantin disambut dengan taburan beras kunyit. Penaburan beras kunyit dilakukan sebanyak tiga kali oleh penari tersebut. Taburan pertama untuk roh nenek moyang, yang kedua untuk tamu dan yang ketiga untuk diri sendiri," jelasDnya.Disisi lain, Ros berharap adanya upaya pemerintah untuk mensupport untuk kelestarian tari tradisonal serta pembinaan seniman tari."Harapannya ada upaya pemerintah memberikan pembinaan ke sekolah ataupun melalui pagelaran acara kesenian. Misalnya digelar acara sebulan dua kali atau bagaimanapun itu. Agar budaya khas provinsi bengkulu khususnya suku lembak bisa terjaga," pungkasnya. (CW2)

Tags :
Kategori :

Terkait