Muncikari Online Beraksi Lintas Kabupaten

Kamis 07-10-2021,09:35 WIB
Reporter : Sari Apriyanti
Editor : Sari Apriyanti

CE ONLINE - Profesi sebagai muncikari (Germo) sangat menjanjikan. Karenanya HN (22) Warga Kecamatan Tebat Karai Kepahiang salah seorang muncikari yang berhasil diamankan Unit PPA Sat Reskrim Polres Kepahiang Selasa (5/10) bersama dengan 4 Orang lainnya yang diduga sebagai Pekerja Sek komersial (PSK) dan Pemilik rumah, mengaku dirinya telah berprofesi sebagai muncikari sudah dilakoninya sejak lama.

BACA JUGA: Polisi Ungkap Prostitusi Online, Amankan Terduga Mucikari, PSK dan Penjaga Kost’an

Bukan hanya untuk wilayah Kabupaten Kepahiang, HN juga sempat menjadi pemasar perempuan pelayan laki-laki hidung belang sampai lintas Kabupaten, seperti wilayah Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong. Karenanya diakui HN. yang pernah bekerja sebagai pencatat skor pada salah satu tempat olah raga billyar ini, profesi itu telah ditekuninya selama kurang lebih 3 tahun belakangan ini.

Dan sebelum memiliki tempat pada tempat kosan yang Selasa lalu digerebek Polisi, dirinya sempat memboking salah satu kamar hotel di wilayah Kabupaten Kepahiang yang dijadikannya tempat bagi anak asuhnya untuk melayani tamu. Dan dalam setiap kali transaksi tambah HN dirinya mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50 ribu pemberian dari anak asuhnya sebagai imbalan telah mencarikan pelanggan.

"Kalau di rumah itu (tempat pengerbekan, red) kami baru 3 bulan pak, sebelumnya kami mainnya di hotel," sebut HN.

Dijelaskan HN, rumah yang dijadikan tempat prostitusi tersebut disewa oleh AD (24) dan istrinya MY (22), sebagai kompensasinya setiap kali transaksi yang menggunakan rumah AD, HN memberikan kompensasi sebesar Rp 50 ribu.

"Kalau penghasilan tidak menentu, tergantung tamu, tapi paling sedikit 2 sampai dengan 3 orang pasti ada," ujarnya.

Dalam kesehariannya tambah HN, dari profesinya sebagai mucikari dirinya mendapatkan keuntungan berkisar Rp 100 sampai dengan 150 ribu. Sedangkan untuk anak asuhnya setiap kali transaksi mendapatkan imbalan sebesar Rp 300 ribu.

"Untuk kerja seperti ini sudah kurang lebih 3 tahun pak, selain di Kepahiang juga saya sering ke Bengkulu dan ke Curup," singkat HN

Untuk Biaya Hidup Sehari-hari

SEMENTARA itu dari pengakuan 2 anak asuh HN yaitu pengakuan dari SN (21) warga Kecamatan Tebat Karai dan MN (22) Warga Kecamatan Bermani Ilir, mengaku melakukan profesi sebagai pelayan nafsu hidung belang dikerenakan tuntutan ekonomi, yang hasilnya digunakan untuk keperluan hidup sehari hari dan kebutuhan untuk perawatan diri.

"Siapo endak jual diri cak iko pak, kalu bukan tedesak, aku dengan anak aku endak makan, sementaro laki aku idak punyo," ucap SN kepada CE.

Diakuinya, dirinya terpaksa memilih pekerjaan sebagai pelayan laki laki yang mencari kepuasan sesaat itu, telah dilakoninya sejak 3 tahun lalu atau sejak anak semata wayangnya berusia 1 tahun.

"Endak jugo numpang kek orang tuo, bak mak aku nian orang miskin, jadi tepakso kerjo cak iko asal anak aku bisa makan dan beli baju," ujar SN yang mengaku telah bercerai dengan suaminya sejak anaknya berusia 4 bulan dalam kandungan.

Tags :
Kategori :

Terkait