Perpisahan Kepsek Diwarnai Tawuran, Siswi Bertikai Belum Damai
CURUPEKSPRESS.COM, REJANG LEBONG - Perpisahan Kepala Sekolah (Kepsek) Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Rejang Lebong diwarnai aksi tawuran yang dilakukan siswa pada Selasa (25/1) kemarin. Informasi diperoleh CE, aksi tawuran tersebut melibatkan siswi kelas 11 dan kelas 12.
Disampaikan oleh Kepala SMAN 3 RL Wardoyo M.Pd Mat, kejadian tersebut terjadi berawal dari plotot-plototan antar siswa sewaktu disekolah, sehingga menyebabkan ketersinggungan satu sama lain.
"Namanya juga anak-anak, plotot-plototan saja bisa menimbulkan keributan," ujarnya.
Disampaikan juga oleh Wardoyo, pada tawuran tersebut melibatkan 6 orang siswi yang masih menggunakan seragam sekolah. Kepada CE dirinya menyampaikan, siswi-siswi yang terlibat adu jotos tersebut sudah didamaikan.
"Untuk siswi yang terlibat sudah kami damaikan, dan orang tua siswi yang bersangkutan akan kami panggil," terangnya.
Disisi lain selaku saksi yang melihat kejadian tersebut, Buma (35) menyampaikan, saat kejadian berlangsung tidak ada siswa yang memisahkan dan melerai peristiwa tawuran tersebut. Namun semuanya hanya melihat dan menyaksikan saja.
"Saat kejadian tiba-tiba langsung pukul meukul atar siswa, mungkin masalah timbul sejak didalam sekolah," ujarnya.
Buma juga menyampaikan, kejadian tersebut sempat membuat lalu lintas menjadi terhambat, dan menyebabkan macet.
"Karena kejadian tersebut terjadi ditengah jalan, membuat jalanan terganggu," tuturnya.
Disampaikan juga oleh Buma, semua siswa bubar saat Kepala Sekolah yang baru mengetahui kejadian tersebut melerai perkelahian tersebut. Dan seketika jalanan langsung sepi ketika kepala sekolah datang.
"Kepala sekolah dan guru agak lambat datangnya," pungkas Buma.
Belum Berdamai
Sementara dalam kasus tawuran ini belum ada kata damai. Meski pihak sekolah sudah memanggil para orang tua siswi yang terlibat dan melakukan musyawarah, namun belum juga mendapatkan titik terang untuk menyelesaikan masalah.
Dikonfirmasi Waka Kesiswaan SMAN 3 RL, Ulfa Aini bahwa pihaknya sudah melakukan upaya semaksimal mungkin agar permasalahan tidak berlarut-larut lebih jauh lagi. Namun dalam musyawarah tersebut belum tersirat kata damai, karena salah satu pihak merasa dirugikan dan menuntut ganti rugi.
"Karena mereka siswi kami, semaksimal mungkin kami selaku pihak sekolah akan membantu untuk menengahi permasalahan ini," ujarnya.
Ulfa berharap agar permasalahan ini bisa segera diselesaikan secara kekeluargaan, agar tidak timbul buntut permasalahan baru.
"Saya harap permasalahan ini tidak akan berlanjut dan bisa segera selesai," terangnya.
Sementara itu disampaikan oleh Babin Kantibnas Desa Pahlawan Fhandy, bahwa tidak menutup kemungkinan permasalahan ini akan berlanjut ke ranah hukum. Karena salah satu orang tua yang anaknya terlibat adu jotos tidak terima dengan kesepakatan damai yang diusulkan oleh sekolah.
"Kalau kami ini sifatnya menengahi saja, namun semuanya kembali lagi kepada orang tua masing-maaing siswi," ujar Fandy.
Dirinya juga menyampaikan, meski sama-sama korban, orang tua yang dituntut memiliki itikad baik untuk membayar biaya pengobatan jika ada yang terluka. Namun memang orang tua yang menuntut maunya mendapatkan ganti rugi sebesar 10 juta rupiah.
"Orang tua yang dituntut hanya mampu membayar biaya berobat sebesar 1 juta rupiah, akan tetapi niat baik tersebut tidak diterima oleh penuntut," sampainya.
Disamping itu, salah satu orang tua yang dituntut, Leni (40) merasa keberatan dengan uang yang diminta penuntut. Leni menyampaikan, jika memang ingin dibawa kerana hukum dirinya tidak keberatan. Karena Leni beranggapan maksud dirinya baik, untuk menyelesaikan masalah.
"Sebenarnya kalau harus menuntut itu kami yang menuntut, karena anak kami yang dikeroyok, karena semua buktinya ada di dalam video," pungkasnya. (CW3)
Ingin Berlangganan Koran? Hubungi Whatsapp +628 2178 6396 51
IKUTI JUGA AKUN MEDSOS CE DIBAWAH INI:
Sumber: