Aktivitas Mengupas Kolang-Kaling, Solusi Pekerjaan Sampingan Petani

Aktivitas Mengupas Kolang-Kaling, Solusi Pekerjaan Sampingan Petani

Neli Yurlia (40), ibu dari 2 anak yang biasa disapa Neli ini berprofesi sebagai seorang petani di Kelurahan Talang Rimbo Lama Kecamatan Curup Tengah. Disaat menunggu musim panen, Neli dan keluarga memilih pekerjaan sampingan membuka kolang-kaling, atau yang biasa disebut beluluk untuk menyambung hidupnya sehari- hari.
Berikut liputanya.

NICKO, REJANG LEBONG

DENGAN membuka kolang-kaling, uang yang didapatkan Neli tidaklah sebanding dengan kebutuhan yang dikeluarkan sehari-hari. Beruntungnya Neli masih dibantu oleh suaminya yang disaat senggang selalu menjadi ojek pengangkut kolang- kaling itu sendiri.

Wanita yang akrab disapa Neli ini, sudah bertahun-tahun menjalani pekerjaan membuka kolang kaling. Menurutnya pekerjaan sampingan yang dilakoninya ini merupakan keahlian yang dimiliki olehnya.
"Kami tidak bisa hanya mengandalkan hasil dari kebun, karena hasil kebun sifatnya musiman," ujarnya.

Sambung Neli, dirinya mengakui memang hasil dari pekerjaan membuka kolang-kaling yang sudah lama digelutinnya ini tidak bisa digunakan untuk biaya sekolah dan kuliah anak-anaknya, namun bisa membantu memenuhi kehidupan sehari-hari.
"Saya akui, pekerjaan membuka kolang kaling ini tidak bisa untuk biaya sekolah anak, karena seharian paling saya cuma dapat 30 ribu sehari, kalau untuk biaya sekolah anak kami mengandalkan hasil panen yang didapat setiap musiman," terangnya.

Meski demikian, dengan suka duka yang dilaluinya, Neli selalu bersyukur dan mencukup-cukupkan berapapun hasil yang didapatnya sambil menunggu musim panen.
"Alhamdulillah, saya masih bisa bekerja sambilan meski penghasilan yang didapat tidak besar, dan terkadang juga rasa gatal ditangan datang, tidak menghalangi saya untuk tetap semangat," sampainya.

Berbanding terbalik dengan seorang pemilik ataupun pemborong beluluk yang mempekerjakan orang seperti ibu Neli.

Pemilik produksi kolang kaling bernama Maya (45), memiliki omset dan pemasukan yang cukup menjanjikan setiap minggunya, dimana hasil dari kolang kaling yang sudah dipisahkan dari kulitnya, akan dipasarkan seminggu sekali ke Kota Medan dan juga Kota Sumedang.

Memang terkadang yang nama nya harga pasti selalu berubah-ubah, akan tetapi hal tersebut tidak terlalu mempengharui ekonomi Maya tersebut.
"Alhamdulillah serendah-rendahnya harga kolang kaling, tidak mengurangi keuntungan yang kami dapat, cukuplah untuk membiayai semuanya" ujar Maya.

Meski demikian, disampaikan Maya, kehidupan yang dimilikinya sekarang tidak seperti membalikkan telapak tangan, namun perlu kerja keras dan sabar merintis dari awal.
"Sebelum saya seperti sekarang ini, saya juga pernah bekerja membuka kolang kaling, ya meski itu punya saya sendiri," terangnya.

Untuk itu, Maya berharap, agar para pekerja yang membuka kolang kaling tetap semangat merintis pekerjaanya, meski saat ini hanya cukup untuk makan saja.
"Saya percaya, dengan kerja keras dan doa akan membuat orang menjadi sukses," singkatnya. (**)

Ingin Berlangganan Koran? Hubungi Whatsapp +628 2178 6396 51

IKUTI JUGA AKUN MEDSOS CE DIBAWAH INI:

Sumber: