RSUD Kepahiang Tangani Pasien Bayi Gizi Buruk

Senin 23-01-2017,15:56 WIB
Reporter : Curup Ekspress
Editor : Curup Ekspress

KEPAHIANG, CE - Kasus gizi buruk kembali ditemukan di Kabupaten Kepahiang. Kali ini dialami Febrian bayi berusia 11 bulan asal Desa Permu yang mengalami penurunan berat badan yang saat ini bobot tubuhnya seberat 4,5 Kg. Oleh tim medis dari Puskesmas Nanti Agung Febrian dirujuk ke Dinas Kesehatan Bagian Gizi. Kemudian oleh Dinas Kesehatan kembali dirujuk ke RSUD Kepahiang untuk mendapatkan penanganan secara medis agar bobot tubuh bayi Febria bisa kembali normal.

Direktur RSUD Kepahiang dr Febi Nur Sanda saat dikonfirmasi terkait hal tersebut membenarkan adanya perawatan pasien bayi gizi buruk yang dilakukan pihaknya. "Iya memang ada pasien 2 orang bayi menderita gizi buruk. 1 pasien dari Cugung Lalang, kemudian 1 pasien dari Desa Permu," sampai dr Febi pada Sabtu (21/1) kemarin. Lebih jauh lagi dr Febi mengatakan kedua pasien tersebut sudah ditangani. Bahkan 1 pasien sudah pulang. "Kedua pasien sudah ditangani secara medis. Bahkan ada 1 orang pasien dari Desa Cugung Lalang sudah pulang tadi (kemarin, red). Sedangkan 1 pasien lagi masih dirawat diruang zaal anak menuggu berat badannya kembali normal," terang dr Febi.

Ditambahkan pula oleh perawat jaga, Mika Apriawanti SKep bahwa pasien bayi Febrian sedang dalam penangan medis. Berat badan sudah mulai meningkat dari berat semula. "Pasien bayi Febrian didiagnosa menderita gizi buruk tipe Marasmus, dimana semula berat badanya 4,5 kg, setelah dirawat meningkat menjadi 4,86 kg. Untuk berat badan bayi umur 11 bulan itu normalnya 9 Kg-11 kg," tutur Mika. Ia menjelaskan untuk meningkatkan berat badan Febrian kembali menjadi normal, pihak RSUD Kepahiang sudah memberikan asupan makanan bergizi. Seperti susu dan vitamin. "Pasien an Febrian ini dibawa sejak kamis lalu. Oleh bagian gizi Dinas Kesehatan karena mengalami gizi buruk maka ditangani pihak RSUD Kepahiang," ujarnya.

Terpisah orang tua bayi Febrian saat ditemui Yohadi (39) dan istrinya Harsia (36) mengatakan bahwa saat ini keluarganya tidak memiliki kartu BPJS. "Saya bekerja hanya sebagai kuli bangunan. Kami tidak ada BPJS," kata Yohadi yang didampingi istrinya.

Saat koran CE menemuinya, kondisi Febrian mulai membaik. Semua biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah karena termasuk kategori pasien tidak mampu. "Pengobatan dan perawatan pasien dibantu oleh Dinas Kesehatan & Pihak RSUD karena memang pasien keluarga tidak mampu," pungkas Perawat Mika kepada CE. (CE3)

Tags :
Kategori :

Terkait