"Memang banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengukur angka resiko stunting yang terjadi. Tapi berdasarkan EPPBGM, pengukuran yang dilakukan lebih kami pusatkan dengan penimbangan bayi di setiap kecamatan melalui Puskesmas yang ada di daerah tersebut untuk mengejar percepatan pendataan stunting," ujarnya.
Martha juga menjelaskan, dikarenakan pengukuran EPPBGM yang dilakukan pihaknya belum 100 persen.
Saat ini data tersebut belum bisa menjadi acuan untuk gambaran hasil dari survei SGGI yang akan di umumkan pada bulan Maret mendatang.
Sehingga pihaknya menargetkan, pengukuran EPPBGM harus dilakukan percepatan secara maksimal di tahun 2023.
"Sebelum awal bulan Maret mendatang, kami targetkan pengukuran EPPBGM melalui kegiatan penimbangan bayi bisa 100 persen," ucapnya.
Adapun hal yang mendasari data pengukuran EPPBGM tersebut dikatakan belum maksimal tambah Martha, karena proses penimbangan bayi yang dilakukan di Kecamatan Sindang Beliti Ilir (SBI) masih rendah, baru dingka 45 persen.
Sementara di kecamatan lainnya rata-rata sudah diatas 60 persen semua.
"Wajar saja berdasarkan data yang terhimpun angka stunting di Kecamatan SBI 0 persen. Karena memang kegiatan pengukuran EPPBGM melalui kegiatan penimbangan bayi masih sangat rendah. Sehingga saat ini data EPPBGM yang ada belum bisa menjadi acuan untuk disandingkan dengan data SSGI nanti," ungkapnya.
Disisi lain Martha juga menjelaskan, berkenaan dengan Kecamatan Sindang Dataran yang merupakan lokus angka resiko stunting tertinggi.
Pihaknya akan melakukan pendataan lebih lanjut, karena berdasarkan data yang ada saat ini, hanya ada 1 desa yakni Desa IV Suku Menanti yang menjadi lokus di kecamatan tersebut.
"Jika berdasarkan data yang ada, memang hanya ada Desa IV Suku Menanti yang menjadi lokus dari angka 13 persen di kecamatan Sindang Dataran. Namun dari survei yang kami lakukan, ada 5 desa lainnya juga yang terindikasi memiliki resiko stunting di kecamatan tersebut. Untuk itu kami akan melakukan pendataan lebih lanjut untuk memastikan hal tersebut. Yang jelas meskipun kita mengutamakan lokus untuk ditangani terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan yang tidak menjadi lokus juga diprioritaskan jika angka beresiko stunting tinggi," tutupnya.