Obsesi terhadap kekuasaan juga bisa membuat individu kehilangan empati.
Mereka mungkin lebih fokus pada mempertahankan dominasi daripada memahami atau merespon kebutuhan orang lain.
Dampak dari kurangnya empati ini dapat sangat merugikan, terutama di tempat kerja atau dalam hubungan sosial, karena orang-orang di sekitar mereka merasa tidak dihargai dan tidak dipedulikan.
Hal ini bisa menciptakan ketegangan, konflik, dan bahkan menurunkan motivasi bagi mereka yang bekerja atau berinteraksi dengan orang tersebut.
Ketika individu dengan obsesi kekuasaan mendapatkan posisi yang lebih tinggi, pengaruh mereka bisa meluas dan memberi dampak negatif yang lebih besar.
Mereka cenderung menggunakan kedudukan mereka untuk mengontrol keputusan-keputusan penting, dan ini sering kali didasarkan pada kepentingan pribadi, bukan pada kesejahteraan orang banyak.
Ketika hal ini terjadi, sistem atau organisasi tempat mereka berada bisa jatuh ke dalam praktik yang korup, tidak transparan, dan penuh ketidakadilan.
Keputusan-keputusan yang dibuat bukan lagi untuk kemajuan bersama, melainkan untuk mempertahankan kekuasaan yang telah mereka raih.
BACA JUGA:Sikap yang Bisa Bikin Kamu Terlihat Membosankan di Mata Orang Lain
BACA JUGA:Sikap yang Membuat Orang Lain Terkesan dengan Kepribadianmu
Pada akhirnya, orang yang terobsesi pada kekuasaan dapat membawa dampak yang merusak bagi semua pihak.
Pengaruh mereka yang negatif tidak hanya dirasakan oleh individu yang langsung terlibat, tetapi juga dapat menggoyahkan stabilitas sosial dan organisasi secara keseluruhan.
Obsesi akan kekuasaan yang berlebihan adalah ancaman bagi keadilan, transparansi, dan rasa saling menghargai antar sesama, yang pada gilirannya dapat merusak keharmonisan dalam berbagai aspek kehidupan.