Bagi yang pernah ke Bandarlampung pasti mengenal rumah makan Bebek Belur. Dengan mengusung konsep sederhana dan segmen pasar kalangan menengah, rumah makan yang menyajikan olahan bebek dengan harga miring tersebut menjadi pilihan untuk wisata kuliner bersama dengan keluarga. Hampir setiap hari rumah makan ini selalu ramai. Bahkan saat bulan Ramadan, rumah makan bebek belur bisa dibanjiri pengunjung yang ingin mengadakan acara buka bersama. Pemiliknya tidak lain adalah Indah Citra Halley, seorang ibu rumah tangga yang hobi berjualan. Sebelum membuka usaha di bidang kuliner, Cici begitu ia biasa dipanggil, sudah akrab dengan dunia entrepreneur.
KURNIA M, LAMPUNG Ia bercerita saat duduk di bangku SMP sudah belajar berjualan. “Dulu jualan coki-coki sama karet gelang. Beli di pasar terus dijual ke temen-temen,” kenangnya. Dari pengalamannya berjualan sejak kecil itu, akhirnya Cici memilih menjadi seorang pengusaha setelah lulus dari bangku kuliah. Alumni Agrobisnis Universitas Lampung ini mengaku tidak tertarik untuk bekerja ikut orang. Hal tersebutlah yang akhirnya membuat Cici yakin untuk membuka usaha. Tepatnya pada tahun 2011, Cici bersama ibu dan kedua saudaranya mencoba merintis membuka rumah makan. “Jadi saya gak bisa masak yang masak ibu saya. Resep-resepnya juga resep keluarga,” kata Cici. Setelah melakukan riset kecil-kecilan, akhirnya menu bebeklah yang ia pilih. “Dulu itu rumah makan di lampung yang menyediakan bebek belum ada. Kalau lele kan banyak, makanya kita pilih menu bebek,” kata Cici saat ditemui di Rumah Makan Bebek Belur Jalan Pramuka Rajabasa Bandarlampung, baru-baru ini. Tak ingin sekedar coba-coba dalam berbisnis, Cici juga mulai memikirkan logo dan nama untuk rumah makannya tersebut. Hal ini ia lakukan setelah membaca buku milik Rangga Umara pemilik Rumah Makan Pecel Lele Lela. Dari buku itu dijelaskan saat membuka sebuah usaha nama dan logo usaha harus dipikirkan secara matang. Agar saat usahanya besar branding logonya dapat diingat. Akhirnya nama Bebek Belur lah yang dipilih Cici untuk warung makannya. Nama itu ia ambil dari plesetan babak belur. Biar unik kata Cici saat ditanya alasanya. Jual Emas Untuk Modal Saat membuka usaha warung makan tersebut, Cici mengaku tidak memiliki modal. Ia terpaksa menggadaikan dan menjual emas milik ibunya. Dari hasil jual emas tersebut Cici akhirnya membuka satu rumah makan bebek belur yang terletak di Jalan ZA Pagar Alam Kedaton Bandarlampung. Di awal-awal membuka warungnya, Cici mengaku harus turun langsung membeli barang-barang kebutuhan dapur. “Iya dulu pagi-pagi pergi ke pasar buat belanja. Kalau ibu tugasnya masak,” katanya. Pada enam bulan berjualan Cici mengaku warungnya tidak terlalu ramai. Untuk promosi ia mengatakan hanya dilakukan dari mulut ke mulut. “Apalagi waktu itu kan baru lulus (kuliah). Jadi belum banyak jaringan,” katanya. Masalah lain yang muncul saat awal-awal memulai usaha tersebut adalah stok bebek yang tidak pasti. Akibatnya ada pelanggan yang komplain. “Adalah yang komplain. Kayak bebeknya kok kecil,” cerita Cici. Namun hal tersebut bukan halangan bagi Cici untuk mengembangkan usahanya tersebut. Dengan tekad ingin membesarkan usaha, akhirnya Cici mencari pemasok daging bebek dari kabupaten lain. Selain itu menu masakannya juga ditambah dan semakin beragam. Seperti ayam. Buka Tujuh Cabang Konsep sederhana dengan segmen pasar kalangan menengah membuat bebek belur laris. Awalnya rumah makan ini diperuntukan bagi kalangan menengah seperti anak sekolahan dan mahasiswa. “Tapi karena rasanya cocok. Orang-orang kantoran juga suka mampir,” kata Cici. Untuk harga menu yang disediakan di Rumah Makan Bebek Belur ini bervarias. Dari harga Rp. 17. 000 untuk paket ayam goreng yang berisi nasi, lalapan dan sayur asem. Sampai harga Rp. 29.000 untuk paket bebek yang berisi nasi, lalapan dan sayur asem. Berkat ketekunannya tersebut, sampai sekarang usaha Cici bersama keluarganya ini sudah memiliki 7 cabang rumah makan bebek belur. Satu di Kota Metro dan enam lainnya ada di Bandarlampung. Ia mengaku tidak mengelola sendiri ketujuh cabang tersebut. Tapi juga di bantu dengan kedua saudaranya. Setiap harinya rumah makan bebek belur bisa menghabiskan sekitar 700 ekor lebih bebek dan ayam untuk seluruh cabang. Disingggung tentang omset dari rumah makannya. Cici enggan memberikan bocoran. “Kalau untuk omset kita gak mau ekspos mas,” katanya. Saat ditanya apakah sampai ratusan juta. Cici dan suaminya hanya senyum-senyum. “Wah sudah mulai mancing-mancing ini. yang jelas ini masih dalam sekala UMKM,” sambung Arif Rahman suami dari Cici yang ikut mendampingi saat wawancara. Dari tujuh rumah makan tersebut, Cici mengatakan sudah merekrut sebanyak 120 karyawan. Urusan karyawan Cici mengaku memilih merekrut dari kampung. Menurutnya karyawan di kampung akan lebih fokus bekerja. “Kalau dari sekitar-sekitar sini kan takutnya pulang-pulang. Makanya kita ambil langsung dari kampung,” imbuhnya. Untuk tips menjadi seorang entrepreneur menurut cici tak muluk-muluk. Langsung memulai adalah tipsnya. Karena para pemula biasanya lebih sering memikirkan sebuah usaha dari pada mulai merintis usaha. (Mhd/JPC)