Fenomena Hipogami! Ketika Perempuan Memilih Pasangan dengan Status Sosial Lebih Rendah, Ini Penjelasannya

Fenomena Hipogami! Ketika Perempuan Memilih Pasangan dengan Status Sosial Lebih Rendah, Ini Penjelasannya

Fenomena Hipogami! Ketika Perempuan Memilih Pasangan dengan Status Sosial Lebih Rendah, Ini Penjelasannya--

CURUPEKSPRESS.COM - Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi pergeseran signifikan dalam dinamika hubungan romantis, khususnya terkait pilihan pasangan oleh perempuan. Fenomena hipogami di mana perempuan menjalin hubungan dengan pria yang memiliki status sosial, ekonomi, atau pendidikan lebih rendah semakin umum terjadi. Hal ini mencerminkan perubahan nilai dan norma dalam masyarakat modern yang semakin egaliter.

Tradisi lama yang mendorong perempuan untuk mencari pasangan dengan status lebih tinggi, dikenal sebagai hipergami, kini mulai tergeser. Peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan tinggi dan kemandirian finansial menjadi faktor utama yang mendorong perubahan ini. Data dari Pew Research Center pada 2023 menunjukkan bahwa 24% perempuan di AS memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi daripada suami mereka, naik dari 19% pada 1972.

BACA JUGA:Alasan Menunda Memperkenalkan Pasangan ke Keluarga

BACA JUGA:Hal yang Harus Dihindari Ketika Berdebat dengan Pasangan

 

Meskipun demikian, norma sosial yang mendukung hipergami masih kuat. Banyak perempuan menghadapi tekanan untuk tetap memilih pasangan dengan status lebih tinggi, meskipun mereka sendiri telah mencapai posisi yang setara atau lebih tinggi dalam hal pendidikan dan karier. Hal ini menciptakan dilema antara aspirasi pribadi dan ekspektasi sosial.

Fenomena hipogami juga mencerminkan tantangan dalam menemukan pasangan yang sepadan. Dengan semakin banyaknya perempuan yang meraih pendidikan tinggi, jumlah pria dengan kualifikasi serupa tidak selalu sebanding. Akibatnya, perempuan lebih terbuka untuk menjalin hubungan dengan pria yang mungkin memiliki status sosial atau ekonomi lebih rendah, tetapi menawarkan kualitas lain yang diinginkan.

BACA JUGA:Kesalahan yang Bikin Pasangan Makin Tertutup

BACA JUGA:Alasan Gak Perlu Berjanji Muluk pada Pasangan

 

Dalam konteks ini, penting untuk mengakui bahwa kualitas hubungan tidak semata ditentukan oleh status sosial atau ekonomi. Faktor seperti komunikasi, nilai bersama, dan dukungan emosional memainkan peran krusial dalam keberhasilan hubungan. Masyarakat perlu menggeser fokus dari status ke kualitas hubungan yang sehat dan saling mendukung.

Pergeseran ini juga menantang stereotip gender tradisional. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai pihak yang harus "naik kelas" melalui pernikahan, melainkan sebagai individu mandiri yang memiliki kebebasan memilih pasangan berdasarkan kriteria yang lebih personal dan relevan dengan kehidupan mereka. Fenomena hipogami mencerminkan transformasi sosial yang lebih luas menuju kesetaraan gender dan penghargaan terhadap pilihan individu. Masyarakat sebaiknya mendukung kebebasan perempuan dalam memilih pasangan tanpa terikat pada norma usang, serta menghargai hubungan yang dibangun atas dasar saling pengertian dan cinta, bukan semata status.

Sumber: