Mengenang 27 Tahun Meninggalnya Tien Soeharto, Astana Giribangun dan Wisata Bersejarah yang Penuh Makna

Mengenang 27 Tahun Meninggalnya Tien Soeharto, Astana Giribangun dan Wisata Bersejarah yang Penuh Makna

Mengunjungi makam Tien Soeharto di Astana Giribangun-Screenshot Instagram @susirahmawatidr -

CURUPEKSPRESS.COM - Mengenang dengan duka mendalam, 27 tahun telah berlalu sejak kepergian Ibu Negara kedua, Tien Soeharto. Kenangan akan baktinya untuk bangsa tetap abadi dalam hati kita.

Seorang perempuan yang inspiratif, yang telah mengukir jejak berharga dalam sejarah ini layak untuk mendapatkan tempat di hati kita.

 

Sejak kematiannya, Tien Soeharto dikumandangkan pada Minggu, 28 April 1996 silam. Tak hanya keluarganya, namun semua rakyat Indonesia merasakan duka yang teramat mendalam.

Bagaimana tidak, ibu negara kedua ini meninggalkan kita semua secara tiba-tiba. Padahal beliau begitu aktif serta terlihat sehat dan bugar sebelum kematiannya.

BACA JUGA: Mekarsari: Pesona Kebun Buah dan Perjuangan Tien Soeharto yang Tak Boleh Dilupakan

 

Almarhumah Tien Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun, terletak di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Jawa Tengah. Dan saat ini menjadi destinasi wisata yang memikat bagi banyak orang.

Tempat ini bukan hanya sekedar tempat peristirahatan terakhir Ibu Negara kedua, Tien Soeharto, namun juga merupakan tempat persemayaman bagi Presiden Soeharto beserta keluarga tercintanya. 

BACA JUGA: Cerita Warga Mangkurajo Soal Kebun Bunga Ibu Tien, Sempat di Buru Para Pecinta Anggrek

 

Terletak sekitar 40 kilometer sebelah timur Kota Solo, Astana Giribangun telah menjadi saksi bisu sejarah dan merupakan bagian tak terpisahkan dari keberlanjutan garis keturunan antara Tien Soeharto dengan keluarga Mangkunegaran III.

 

Dibangun pada tahun 1974 dan dirilis pada tahun 1967, Astana Giribangun berada di bawah naungan Mangadeg Astana, yang juga adalah tempat pemakaman keluarga Pura Mangkunegaran. Di dalam kompleks Astana Mangadeg, kita bisa menemukan makam Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Sri Mangkunegara I, yang dikenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo.

Sumber: