Awal Mula Aksara Ka Ga Nga Masuk Rejang Lebong, Berasal dari Majapahit

Awal Mula Aksara Ka Ga Nga Masuk Rejang Lebong, Berasal dari Majapahit

Net Tulisan Ka Ga Nga di kulit kayu yang tersimpan di Museum Bengkulu.--

CURUPEKSPRESS.COM - Sesuatu bisa muncul karena ada sebab dan asal mulanya. Hal ini juga berlaku bagi tulisan aksara Ka Ga Nga milik masyarakat suku rejang di Kabupaten Rejang Lebong. Ceritanya bermula ketika keempat Tuan Biku Kerajaan Rejang Empat Petulai yakni Tuan Biku Sepanjang Jiwo (Petulai Tubei), Biku Bermano (Petulai Bermani atau Manai), Biku jembo (Petulai Jekalang), dan Bikau sangkalo (Petulai Selupuak Jang).

Mereka adalah putra-putra Raja Majapahit yang datang ke Tanah Rejang sekitar 600 dan 700 tahun lalu. Tujuan mereka ke Tanah Rejang ialah mencari daerah yang bisa mereka kuasai dan mereka pimpin sebagai kerajaan.

Dalam cerita mereka keempat Tuan Biku bersama dengan rakyatnya terkena wabah penyakit, bahkan tidak sedikit rakyatnya yang sampai meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Untuk bisa sembuh dan keluar dari musibah itu, keempat raja ini mufakat untuk memanggil dan menyuruh ahli nujum melihat dalam ramalannya terhadap kejadian yang dialami oleh keempat kerajaan tersebut.

BACA JUGA:  Batik Tulis KaGaNga Belum Telestarikan

Menurut perkataan ahli nujum, yang menyebabkan kedatangan marabahaya negeri semacam itu adalah seekor siamang (Beruk) putih yang tinggal di atas Pohon Benuang Sakti.

Apabila siamang putih ini mengeluarkan suara ke arah yang ditujunya, maka negeri-negeri sebagian yang dihadapinya itu mendapat marabahaya seperti yang telah diderita oleh mereka pada masa itu.

Atas kesepakatan keempat raja tersebut, dicarilah batang Benuang Sakti tempat kediaman Siamang Putih itu bersemayam untuk ditebang.

Keempat raja ini akhirnya berpencar mencari batang Benuang Sakti yang dimaksud. Akhirnya pohon Benuang Sakti yang dimaksud itu ditemukan oleh Tuan Biku Bermano. Yang tidak lama dari situ mereka menebang pohon yang dihuni Siamang Putih itu.

BACA JUGA:  Menelisik Pembuatan Batik Tulis KaGaNga, Batik KaGaNga Khas Suku Rejang

Akhirnya keempat Tuan Biku berhasil menebang Pohon Benuang Sakti mereka pun beristirahat untuk melepas lelah. Pada saat istirahat, cacahan kayu Benuang Sakti disusun oleh mereka untuk menyimbolkan kata-kata yang mereka ucapkan, menjadi bentuk-bentuk huruf yang mereka sebut Ka Ga Nga.

Aksara Ka Ga Nga merupakan turunan dari aksara Palawa dan berbetuk garis siku-siku serta sangat kaku.

Pada zaman dahulu, aksara Ka Ga Nga ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk.

Masyarakat Bengkulu khususnya masyarakat Rejang menggunakan aksara Ka Ga Nga untuk menulis doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat, sejarah, maupun informasi yang dikirim luas atau secara pribadi. 

Sumber: