Toxic Positivity, Ketika Berpikir Positif Justru Membebani

Toxic Positivity, Ketika Berpikir Positif Justru Membebani

Toxic Positivity-Sumber: Tribunnews.com-

CURUPEKSPRESS.COM - Dalam kehidupan, berpikir positif sering dianggap sebagai kunci untuk menghadapi berbagai tantangan.

Saran seperti “Jangan menyerah, semua akan baik-baik saja” atau “Kamu harus tetap bersyukur” terdengar sederhana, namun sering kali membawa dampak yang tidak diharapkan.

Fenomena ini dikenal sebagai toxic positivity, sebuah kondisi di mana berpikir positif justru menjadi beban bagi diri sendiri atau orang lain.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah konsep yang menggambarkan tekanan sosial untuk selalu berpikir positif, bahkan dalam situasi yang sulit atau menyakitkan.

Meski niat awalnya baik, dorongan untuk terus optimis dapat mengabaikan realitas emosi negatif yang sebenarnya penting untuk diakui.

Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami kehilangan, ucapan seperti “Kamu harus kuat, ini rencana Tuhan” mungkin terdengar bijak.

Namun, ucapan ini dapat membuat mereka merasa bersalah atas kesedihan yang dirasakan, seolah-olah mereka tidak berhak untuk berduka.

BACA JUGA:Langkah Bijak Menjaga Jarak dari Teman Toxic dengan Damai

BACA JUGA:Kebiasaan yang Bikin Kamu Gagal Lepas dari Hubungan Toxic

 

Mengapa Berbahaya?

  • Menekan Emosi Negatif

Setiap manusia memiliki spektrum emosi yang luas, termasuk kebahagiaan, kesedihan, marah, hingga takut.

Toxic positivity menuntut seseorang untuk menekan emosi negatif ini dan hanya menunjukkan sisi positif.

Sumber: