Toxic Positivity, Ketika Berpikir Positif Justru Membebani
Toxic Positivity-Sumber: Tribunnews.com-
Padahal, menekan emosi justru dapat meningkatkan stres dan memicu masalah kesehatan mental.
- Menghambat Pemulihan
Mengatasi kesulitan memerlukan proses. Ketika seseorang dipaksa untuk melupakan rasa sakit dan hanya fokus pada hal positif, mereka kehilangan kesempatan untuk memahami dan menerima perasaan mereka.
Akibatnya, proses penyembuhan menjadi tertunda.
- Merusak Hubungan
Toxic positivity tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tetapi juga hubungan dengan orang lain.
Ketika seseorang yang sedang kesulitan mendengar respon seperti “Jangan terlalu dipikirkan, hidup itu indah”, mereka mungkin merasa diabaikan atau tidak dipahami, sehingga menjauhkan diri dari orang yang sebenarnya ingin membantu.
BACA JUGA: Tips Bekerja dengan Atasan yang Toxic
BACA JUGA:Tanda Lingkungan Kerja Toxic yang Bikin Tidak Produktif
Bagaimana Menghindari Toxic Positivity?
- Validasi Perasaan
Daripada langsung memberikan solusi atau dorongan positif, dengarkan dulu apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Ucapan seperti “Aku bisa mengerti kalau ini berat untukmu” lebih baik daripada memberikan nasihat yang terkesan memaksa.
- Berikan Ruang untuk Emosi
Izinkan diri sendiri dan orang lain untuk merasakan emosi yang muncul. Menangis, marah, atau kecewa adalah bagian dari proses penyembuhan yang alami.
- Fokus pada Empati, Bukan Solusi Instan
Empati tidak selalu berarti memberikan jawaban. Kadang, kehadiran dan perhatian lebih berharga daripada kata-kata motivasi.
Berpikir positif tetaplah hal yang baik, selama tidak dipaksakan.
BACA JUGA:Toxic Telationship : Ini dia ciri ciri kalau pasanganmu redflag
Sumber: