Dosen Unib Latih Petani Suro Ilir Pembibitan Jamur Tiram

Dosen Unib Latih Petani Suro Ilir Pembibitan Jamur Tiram

Usaha budidaya jamur tiram putih di Bengkulu cukup menjanjikan. Hal ini karena pasar jamur tiram masih terbuka lebar. Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram cukup baik karena jamur telah dikenal masyarakat sebagai makanan yang enak dan baik untuk kesehatan. Beberapa literatur menyatakan bahwa jamur tiram mengandung sejumlah senyawa-senyawa aktif secara biologis membantu meningkatkan kesehatan (immunostimulan)  sehingga dapat dijadikan sumber pangan yang sehat.

Budidaya jamur tiram cukup mudah dan murah untuk dilakukan.  Jamur tiram dapat tumbuh dengan mudah pada sejumlah besar jenis substrate terutama dari bahan lignoselulosik (limbah kehutanan dan pertanian) dengan input minimum.  Media yang umum digunakan adalah serbuk gergajian kayu yang masih banyak tersedia.  Praktik budidaya dilakukan mulai dari proses pencampuran bahan-bahan, pengomposan, pembuatan baglog (memasukkan bahan ke dalam kantong plastik), sterilisasi media, inokulasi (penanaman bibit jamur), proses pertumbuhan miselium (inkubasi), perawatan kumbung jamur,  pemanenan tubuh buah jamur dan pencatatan jumlah produksi dan penjualan jamur.

Ketersediaan bibit dalam usaha budidaya jamur tiram merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan usaha.  Namun permasalahannya adalah para petani jamur seringkali kekurangan stok baglog siap produksi dan bibit F2 (bibit produksi) yang selama ini didapat dari pengusaha bibit jamur di kota Bengkulu.

Dari survey yang telah tim pengabdian lakukan, petani jamur yang ada di Bengkulu terdiri dari tiga  kelompok yaitu kelompok pertama petani pembibit yang menjual produk berupa baglog jamur siap produksi serta bibit F2, kelompok kedua petani pembudidaya yang membeli baglog siap produksi dari petani pembibit untuk dipelihara dan dijual sebagai jamur tiram  konsumsi, dan kelompok ketiga adalah petani  pembudidaya jamur tiram yang membuat baglog sendiri dan memproduksi jamur konsumsi. 

Petani kelompok ke dua dan ketiga sangat bergantung pada petani kelompok pertama untuk kebutuhan baglog siap produksi dan bibit F2.    Ketersediaan bibit jamur yang seringkali terputus  dapat menyebabkan kontinuitas usaha budidaya jamur tiram konsumsi terganggu.  Petani (petani mitra pengabdian) akhirnya terpaksa memesan bibit jamur (terutama bibit F2) dari pulau Jawa yang tentu harga nya menjadi sangat mahal.   

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat pada kesempatan  ini berjudul “Pelatihan Pembibitan Jamur Tiram Untuk Petani Jamur di Desa Suro Ilir Kab. Kepahiang” dilakukan sebagai upaya untuk membantu masyarakat untuk memecahkan permasalahan ketersediaan bibit khusunya bagi petani jamur di wilayah kabupaten Kepahiang dan sekitarnya. 

Pelaksana kegiatan PPM ini terdiri dari tiga orang dosen Unib yaitu ibu Dr. Irma Badarina, S.Pt, MP, ibu Prof.Dr.Ir. Endang Sulistyowati, M.Sc. serta ibu Ir. Nadrawati, MP dan dibantu oleh empat orang mahasiswa Unib. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.  Sebagaimana tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Perguruan Tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (PPM).  Universitas Bengkulu sebagai salah satu bagian dari institusi pendidikan nasional berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan PPM. 

Bibit jamur terdiri dari media induk (mother culture), bibit induk (F1) dan bibit produksi (F2) dan bahkan bibit produksi F3.  Media yang umum digunakan untuk mother culture adalah potato dextrose agar (PDA).  Media PDA instant dibuat oleh pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai, namun harganya mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Harga media PDA  berkisar Rp 500.000,- hingga Rp 1.500.000,- setiap 500 g.  

Oleh karena itu perlu dicari alternative media. Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Dextrose sebagai sumber gula dan energi, komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. 

Sebagai pengganti komponen PDA dapat digunakan air rebusan kentang atau umbi talas, agar-agar merk ”Swallow” dan gula pasir.  Kentang merupakan jenis umbi-umbian yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga mampu mencukupi kebutuhan karbohidrat, vitamin dan energi untuk pertumbuhan jamur. Dextrose digantikan dengan gula pasir sebagai sumber energy bagi jamur.  

Sebagai pemadat medium digunakan agar-agar merk “Swallow” yang murah harganya dan mudah didapat. Dengan menggunakan cairan rebusan kentang atau talas, media agar kentang atau talas dapat digunakan sebagai media mother culture.  Pemilihan jamur tiram yang telah beradaptasi dengan kondisi lokal diharapkan bibit jamur yang dihasilkan benar-benar jamur yang telah terseleksi yaitu pertumbuhannya baik dan adaptable dengan lingkungan lokal yaitu jamur tiram daerah dataran tinggi. 

Keterampilan dalam  pembibitan jamur perlu dilatih.  Pembibitan jamur tiram ini dimulai dengan pengetahuan memilih/seleksi bibit jamur,  persiapan bahan, praktik pembuatan media mulai dari media induk (mother culture), media bibit induk F1 dan media bibit produksi (F2).  

Percobaan pemakaian media pengganti PDA yang cukup mahal harganya  dengan media lokal  merupakan upaya untuk menghemat biaya produksi.  Sebagai pengganti komponen PDA antara lain umbi talas atau kentang.  Umbi talas dan kentang merupakan jenis umbi-umbian yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga mampu mencukupi kebutuhan karbohidrat, vitamin dan energi untuk pertumbuhan jamur. Dextrose digantikan dengan gula pasir sebagai sumber energy bagi jamur.  

Sebagai pemadat medium digunakan agar-agar merk “Swallow” yang murah harganya dan mudah didapat. Dengan menggunakan cairan rebusan kentang atau talas, media agar kentang atau talas dapat digunakan sebagai media mother culture.

Kegiatan pengabdian ini yaitu pelatihan pembibitan jamur dari  media lokal telah berlangsung selama tiga bulan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan petani jamur  sehingga problema ketersediaan bibit jamur untuk para petani budidaya jamur tiram konsumsi yang berada di kabupaten Kepahyang dan Rejang Lebong khususnya  dapat diatasi.  Selanjutnya diharapkan produksi jamur tiram dapat terus berkesinambungan untuk menyediakan pangan bergizi bagi masyarakat.

Sumber: