REJANG LEBONG, CURUPEKSPRESS.COM - Sehubungan dengan data angka stunting yang menunjukan Kabupaten Rejang Lebong memiliki angka stunting kedua terendah di Provinsi Bengkulu berdasarkan pengukuran Program Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Berbasis Gizi Masyarakat (EPPBGM), pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Rejang Lebong mengklaim, data tersebut masih belum maksimal untuk disandingkan dengan pengukuran survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menggunakan sampel untuk pengukurannya. Sehingga perlu dilakukan pendataan lebih lanjut untuk terus dimaksimalkan.
Disampaikan Plt Kepala Dinkes Rejang Lebong Rephi Meido Satria SKM melalui Kasi Kesga dan Gizi Masyarakat Marthawati SST, sejauh ini pengukuran EPPBGM melalui penimbangan bayi yang dilakukan baru sekitar 76 persen sehingga masih harus dimaksimalkan lagi pengukuran yang dilakukan.
"Memang banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengukur angka resiko stunting yang terjadi. Tapi berdasarkan EPPBGM, pengukuran yang dilakukan lebih kami pusatkan dengan penimbangan bayi di setiap kecamatan melalui Puskesmas yang ada di daerah tersebut untuk mengejar percepatan pendataan stunting," ujarnya.
BACA JUGA:Angka Stunting Rejang Lebong Terendah Kedua Tingkat Provinsi Bengkulu
BACA JUGA:Main Kejar Kejaran, Remaja Ini Tercebur Sumur Sedalam 15 Meter. Kondisinya...
Martha juga menjelaskan, dikarenakan pengukuran EPPBGM yang dilakukan pihaknya belum 100 persen.
Saat ini data tersebut belum bisa menjadi acuan untuk gambaran hasil dari survei SGGI yang akan di umumkan pada bulan Maret mendatang.
Sehingga pihaknya menargetkan, pengukuran EPPBGM harus dilakukan percepatan secara maksimal di tahun 2023.
"Sebelum awal bulan Maret mendatang, kami targetkan pengukuran EPPBGM melalui kegiatan penimbangan bayi bisa 100 persen," ucapnya.
BACA JUGA:Diduga Ada Nakes TMS, Lulus Pasing Grade di Lebong
BACA JUGA:Asik... SK 440 Honorer Kesehatan di Lebong Diperpanjang
Adapun hal yang mendasari data pengukuran EPPBGM tersebut dikatakan belum maksimal tambah Martha, karena proses penimbangan bayi yang dilakukan di Kecamatan Sindang Beliti Ilir (SBI) masih rendah, baru dingka 45 persen.
Sementara di kecamatan lainnya rata-rata sudah diatas 60 persen semua.
"Wajar saja berdasarkan data yang terhimpun angka stunting di Kecamatan SBI 0 persen. Karena memang kegiatan pengukuran EPPBGM melalui kegiatan penimbangan bayi masih sangat rendah. Sehingga saat ini data EPPBGM yang ada belum bisa menjadi acuan untuk disandingkan dengan data SSGI nanti," ungkapnya.
Disisi lain Martha juga menjelaskan, berkenaan dengan Kecamatan Sindang Dataran yang merupakan lokus angka resiko stunting tertinggi.