REJANG LEBONG, CURUPEKSPRESS.COM - Bagai makan buah simalakama. Itulah gambaran nasib para petani di Kabupaten Rejang Lebong sekarang ini.
Pasalnya sejumlah harga komoditas sayur mayur yang merupakan salah satu usaha yang di kembangkan petani mengalami penurunan harga yang cukup signifikan dari pada akhir tahun 2022 lalu.
Sedangkan harga perawatan dari perkebunan sayuran tersebut semakin besar, seperti pupuk dan lainnya.
Diutarakan Budi (30) warga Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang yang saat ini mengeluhkan hasil perkebunan sawi miliknya hanya laku dijual dengan harga Rp 300 per kilo gram nya, dan juga tomat saat ini harga jualnya dari pertani mencapai harga Rp 500 setiap kilo gram nya.
BACA JUGA:BPS Rekrut 274 Petugas Sensus, Sensus Pertanian 2023
BACA JUGA: Keamanan TPS Dua Kecamatan Diperketat
“Pada akhir tahun 2022 lalu harga sawi masih dibeli dengan harga Rp 2000 setiap kilonya, dan tomat juga harganya masih mencapai Rp 4000 setiap kilogramnya, akan tetapi setelah masuk ke tahun 2023 secara perlahan harga saat mencapai Rp 300 / Kg untuk sawi, dan Rp 500 /Kg untuk tomat,” bebernya.
Dikatakan Budi selain dari faktor turunnya harga beli dari sejumlah sayuran tersebut, saat ini pihaknya juga dikeluhkan dengan harga sejumlah pupuk yang dijual dipasaran melambung tinggi.
“Harga pupuk mutiara yang ukuran 50 kg sekarang sudah mencapai harga Rp. 980 000 dan sebelumnya harga pupuk tersebut, masih dijual dengan harga Rp 650.000. Sedangkan harga pupuk kandang dari kotoran ayam sekarang sudah mencapai Rp 30.000 / kg sedangkan pada tahun 2022 lalu harga pupuk kandang tersebut masih bisa kita beli dengan harga Rp 20.000 kg nya,” jelas Budi.
BACA JUGA:Soal Kontroversi Pengumuman PPPK Guru, Kepala BPKSDM Beri Penjelasan
BACA JUGA:Ini Cerita Pemecatan Anggota Polres..
Dilain kesempatan disampaikan juga oleh pengepul sayuran dari petani yang berada di Desa Sambirejo Kecamatan Selupu Rejang yakni Andi Irawan membenarkan harga sejumlah komoditas sayuran tersebut mengalami penurunan.
Bahkan diakuinya sudah terjadi sejak awal tahun 2023 lalu. Hal tersebut dikarenakan kurangnya permintaan pasar untuk sejumlah komoditas sayuran tersebut.