Daya Tarik Destinasi Wisata Menara Jam Gadang Bukittinggi

Daya Tarik Destinasi Wisata Menara Jam Gadang Bukittinggi

Net. indahnya destinasi wisata Jam Gadang Sumatra Barat --

NASIONAL, CURUPEKSPRESS.COM - Jika Anda jalan-jalan ke Sumatera Barat atau lebih kenal dengan Padang, jangan sampai anda melewatkan destinasi wisata yang satu ini. Yakni Jam Gadang sebuah gedung bertingkat yang terletak di tengah-tengah kota Bukittinggi. 

BACA JUGA: Kumpulan Fakta Mengenai Bekas Kebun Bunga Ibu Tien di Mangkurajo

 

Bangunan ini dibangun pada tahun 1926 dan dahulu digunakan sebagai ibu kota Kabupaten Agam. Namun, sejak tahun 1988, bangunan ini dijadikan sebagai museum. Bangunan yang satu ini dibangun dengan arsitektur yang unik dengan gaya Minangkabau yang klasik dan modern.

BACA JUGA: Jejak Sejarah Tien Soeharto: Perjalanan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang Penuh Tantangan

 

Jam Gadang Bukittinggi juga memiliki bagian atas yang melengkung yang terinspirasi dari bentuk tanduk kerbau yang merupakan simbol khas Minangkabau. Di bagian tengah bangunan, terdapat sebuah jam raksasa yang berukuran sekitar 25 meter. Di malam hari, bangunan ini menjadi sangat indah dengan penerangan lampu yang menawan.

 

Jika anda berkunjung kesini maka anda bisa melakukan berfoto, pasalnya Jam Gadang Bukittinggi juga menjadi tempat yang sangat populer. Kebanyakan orang berfoto di depan jam sebagai background dan ada juga yang mengambil foto dari atas bangunan untuk memperoleh pandangan kota Bukittinggi yang luas. Sepenggal sejarah tentang adanya Jam Gadang Bukittinggi memiliki di Sumatra Barat Padang.

BACA JUGA: Mengenang 27 Tahun Meninggalnya Tien Soeharto, Astana Giribangun dan Wisata Bersejarah yang Penuh Makna

 

Bangunan yang satu ini dibangun oleh seorang arsitek bangunan Eropa pada tahun 1926 atas permintaan Bupati Agam, Abdul Hamid Harun. Tujuannya adalah untuk membuat bangunan yang megah yang bisa menjadi simbol kota Bukittinggi.

 

Saat pertama kali dibangun, jam raksasa ini masih menggunakan teknologi manual dan mesin penggerak berbahan bakar gas. Tetapi pada tahun 1970-an, jam ini sudah diotomatisasi dan dioperasikan dengan tenaga listrik. Selama Perang Dunia II, Jepang menduduki Bukittinggi dan mengambil jam raksasa tersebut untuk dibawa ke Jakarta.

Sumber: