Harga Melonjak, LPG Non Subsidi Kurang Laku
NICKO/CE Salah satu pangkalan gas di Rejang Lebong--
REJANG LEBONG, CURUPEKSPRESS.COM - Naiknya harga LGP non subsidi sejak seminggu yang lalu, membuat LPG non subsidi 5,5 kg dan juga 12 kg kurang diminati masyarakat atau kurang laku.
Hal ini lah yang membuat perputaran LPG di pangkalan tersebut menjadi lambat karena kurang laku di pasaran.
Salah seorang pemilik pangkalan gas di Kelurahan Pasar Tengah Kecamatan Curup, Reno (35) bahwa sejak pemerintah menaikkan harga LPG non subsidi secara global, masyarakat banyak beralih ke LPG subsidi.
Sehingga membuat LPG non subsidi yang disediakannya kurang laku.
BACA JUGA : Lagi! Coba Perkosa Teman Sendiri, Pria Beristri Diringkus
"Saat ini harga LPG non subsidi sudah terlampau tinggi. Dimana untuk harga eceran LPG 12 kg Rp 218 ribu, sementara untuk harga eceran LPG 5,5 kg Rp 108 ribu. Sehingga membuat masyarakat beralih untuk menggunakan LPG bersubsidi," ujarnya.
Dikatakan Reno, biasanya dalam 2 minggu sebanyak 10 hingga 20 LPG lebih habis dibeli masyarakat. Namun disaat harga LPG ini melambung, dalam 2 minggu paling banyak hanya 5 sampai 10 tabung saja yang laku.
"Sangat wajar jika gas non subsidi saat ini kurang laku. Hal itu dikarenakan harganya terlampau tinggi dan tidak terjangkau lagi untuk masyarakat menengah kebawah," ucapnya.
BACA JUGA : Usut Dugaan Cabuli Teman Sendiri, Penyidik Periksa Petinggi PBK
Hal senada juga ungkapkan Rizal (46) salah seorang pemilik pangkalan gas lainnya di Kelurahan Kampung Jawa Kecamatan Curup tengah.
Dikatakannya sejak harga LPG non subsidi mengalami kenaikan, peminatnya menurun drastis. Hal itu dikarenakan harganya yang sudah terlampau tinggi, dimana untuk LPG non subsidi 5,5 kg harganya mencapai Rp 110-120 pertabungnya.
Padahal sebelumnya pernah di harga Rp 70 ribu pertabung. Begitupun dengan LPG 12 kg, yang harga nya saat ini mencapai RP 220-225 ribu perkilo, yang sebelumnya sempat diharga Rp 150-160 ribu pertabung.
"Kenaikan LPG non subsidi ini terjadi sejak 4 bulan ke belakang, dimana kenaikannya secara bertahap dengan angka kenaikan Rp 15-20 ribu perbulannya. Karenanya wajar jika masyarakat lebih memilih LPG bersubsidi untuk digunakan," sampainya.
Rizal berharap, agar harga LPG non subsidi ini bisa normal kembali. Karena dengan kurangnya peminat masyarakat untuk menggunkan LPG non subsidi, perputaran LPG yang dimilikinya juga akan semakin melambat.
"Sudah pasti keuntungan yang kami dapatkan juga berkurang, karena lambatnya perputaran gas di pangkalan kami. Sementara untuk gas bersubsidi stok yang diberikan sangat terbatas," singkatnya.
Sumber: