REJANG LEBONG, CURUPEKSPRESS.COM - Murahnya harga beli sejumlah komoditas sayur mayur yang terjadi saat ini cukup menyedot banyak perhatian dari berbagai pihak.
Karena murahnya harga beli tersebut sangat berdampak pada masyarakat Rejang Lebong yang mayoritasnya hanya mengandalkan hasil pertanian sebagai salah satu mata pencahariannya.
Sedangkan sampai sekarang ini belum adanya solusi yang tepat agar bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia kabupaten Rejang Lebong, Roni Suwandi melalui Bendahara Cabang HIPMI Rejang Lebong, dr Revo Astrada menjelaskan bahwasanya jika murahnya harga beli komoditas sayur mayur tersebut tidak sesuai dengan besarnya permintaan pasar.
BACA JUGA:Dam Saluran Irigasi Di Belumai 1 Dipagar Beton
BACA JUGA:SDN 99 RL Kekurangan RKB
Saat ini beberapa wilayah di kota – kota besar di pulau Sumatra seperti Jambi dan Palembang yang masih sangat membutuhkan suplai hasil pertanian dari Kabupaten Rejang Lebong.
“Berdasarkan informasi dari salah satu market sayuran yang tergabung di dalam jaringan Hypermart, jika perusahaan mereka tidak mendapatkan supply chain (sayur) dan hasil Kabupaten Rejang Lebong maka mereka akan bimbang karena akan kehilangan 40 hingga 50 persen kebutuhan mereka untuk memenuhi pasar di Kota Palembang dan Jambi, artinya saat ini kebutuhan akan sayuran dari wilayah kita ini masih sangatlah besar, jadi sangat tidak masuk akan jika rendahnya harga beli sayur tersebut karena dipengaruhi rendahnya permintaan pasar, apalagi beberapa waktu lalu presiden Joko Widodo mengatakan bahwasanya Indonesia berpotensi mengalami krisis pangan akibat konflik Rusia dan Ukraina,” ujar Revo.
BACA JUGA:51 KPM di Lebong Ditetapkan Penerima BLT DD
BACA JUGA:Pupuk Mahal, Harga Sayuran Anjlok
Dikatakannya murahnya harga beli dari komoditas sayuran tersebut perlu menjadi perhatian dari berbagai pihak, terutama Pemerintah kabupaten Rejang Lebong.
Mengingat persoalan tersebut sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat sekarang ini.
“Saat ini yang perlu kita ketahui yakni benang merah atas rendahnya harga beli dari komoditas sayuran tersebut, dan saat ini kita harapkan pihak pemerintah bisa memperhatikan hal tersebut, perlu adanya suatu kebijakan yang pro kepada para petani tersebut, yang selama ini belum ada,” tuturnya.
Sementara menanggapi masalah naiknya harga pupuk yang di jual di kabupaten Rejang Lebong ini, menurut pihaknya kenaikan harga pupuk tersebut karena dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga tukar mata uang Dolar terhadap mata uang rupiah yang terjadi saat ini.
Karena sejumlah pupuk tersebut dibeli dari luar negeri seperti halnya Rusia dan juga Ukraina yang saat ini masih dalam masa konflik.