Hamba yang Tidak Punya Rasa Malu Kepada Allah

Hamba yang Tidak Punya Rasa Malu Kepada Allah

Syekh Ali Jaber.-Ilustrasi-

NASIONAL, CURUPEKSPRESS.COM - Islam senantiasa mengajarkan rasa malu kepada setiap umatnya. 

Rasa malu tidak dapat dipisahkan dari iman, karena keduanya merupakan pasangan satu sama lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim, beliau berkata:

 

 اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ

 

Artinya: "Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan ini kondisi. Apabila rasa malu sudah tidak ada, maka iman pun sirna." (HR. Al Hakim).

 

Salah satu bentuk rasa malu yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim adalah malu kepada Allah Subhanahu wa taala. 

Seseorang yang memiliki rasa malu kepada Allah, maka ia akan berusaha untuk meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah dan mengerjakan segala sesuatu yang dicintai oleh Allah.

Sifat malu kepada Allah akan mengantarkan pemiliknya malu untuk berbuat dosa, karena sifat muraqabatullah yaitu sifat merasa selalu terikat oleh Allah dalam setiap kondisi kapanpun dan dimanapun.

BACA JUGA:

Mendiang Syekh Ali Jaber dalam video di kanal youtube @Yayasan Syekh Ali Jaber menerangkan tentang pentingnya memiliki rasa malu kepada Allah.

Jarang ada orang berkata saya berupaya menjauhkan diri total dari dosa maksiat. Mohon maaf tidak akan bisa, karena kita manusia.

Pasti ada dosa dan maksiat. Yang menjadi persoalan adalah ketika sudah terlanjur melakukan perbuatan dosa maksiat, tidak mau bertaubat kepada Allah, tidak mau beristighfar kepada Allah, tidak mau sedih dan menangis karena Allah. Ini yang menjadi masalah.

Seolah-olah ketika habis terlanjur berbuat dosa dan maksiat, kita berpikir "ya apa lagi, biasa aja dosa-dosa" Jadi tidak ada rasa malunya kepada Allah.

Sebalilnya, ketika kita sudah terlanjut berbuat dosa, kita ingat Allah, muncul sifat rasa malu. "Saya sudah berbuat dosa tapi Allah masih berkenan menutupi dosa saya dan menutupi kesalahan saya".

Banyak dalil yang memotivasi untuk memiliki sifat malu serta menjelaskan agung dan mulianya sifat ini.

Sebagaimana diriwayatkan oleh oleh 'Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau pernah melewati seseorang yang menasihati saudaranya berkenaan dengan sifat malu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada orang tersebut,

BACA JUGA:

دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ

 

"Biarkanlah dia, karena rasa malu itu merupakan bagian dari iman." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Dalam hadis yang lain, diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

 

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

 

Artinya: "Malu adalah bagian dari cabang keimanan." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk senantiasa menjaga dan memelihara sifat malu ini. Baik malu kepada Allah maupun malu kepada sesama. 

Sumber: