Dosen Unib Latih Petani Suro Ilir Pembibitan Jamur Tiram

Senin 20-09-2021,19:32 WIB
Reporter : Sari Apriyanti
Editor : Sari Apriyanti

Usaha budidaya jamur tiram putih di Bengkulu cukup menjanjikan. Hal ini karena pasar jamur tiram masih terbuka lebar. Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram cukup baik karena jamur telah dikenal masyarakat sebagai makanan yang enak dan baik untuk kesehatan. Beberapa literatur menyatakan bahwa jamur tiram mengandung sejumlah senyawa-senyawa aktif secara biologis membantu meningkatkan kesehatan (immunostimulan)  sehingga dapat dijadikan sumber pangan yang sehat.

Budidaya jamur tiram cukup mudah dan murah untuk dilakukan.  Jamur tiram dapat tumbuh dengan mudah pada sejumlah besar jenis substrate terutama dari bahan lignoselulosik (limbah kehutanan dan pertanian) dengan input minimum.  Media yang umum digunakan adalah serbuk gergajian kayu yang masih banyak tersedia.  Praktik budidaya dilakukan mulai dari proses pencampuran bahan-bahan, pengomposan, pembuatan baglog (memasukkan bahan ke dalam kantong plastik), sterilisasi media, inokulasi (penanaman bibit jamur), proses pertumbuhan miselium (inkubasi), perawatan kumbung jamur,  pemanenan tubuh buah jamur dan pencatatan jumlah produksi dan penjualan jamur.

Ketersediaan bibit dalam usaha budidaya jamur tiram merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan usaha.  Namun permasalahannya adalah para petani jamur seringkali kekurangan stok baglog siap produksi dan bibit F2 (bibit produksi) yang selama ini didapat dari pengusaha bibit jamur di kota Bengkulu.

Dari survey yang telah tim pengabdian lakukan, petani jamur yang ada di Bengkulu terdiri dari tiga  kelompok yaitu kelompok pertama petani pembibit yang menjual produk berupa baglog jamur siap produksi serta bibit F2, kelompok kedua petani pembudidaya yang membeli baglog siap produksi dari petani pembibit untuk dipelihara dan dijual sebagai jamur tiram  konsumsi, dan kelompok ketiga adalah petani  pembudidaya jamur tiram yang membuat baglog sendiri dan memproduksi jamur konsumsi. 

Petani kelompok ke dua dan ketiga sangat bergantung pada petani kelompok pertama untuk kebutuhan baglog siap produksi dan bibit F2.    Ketersediaan bibit jamur yang seringkali terputus  dapat menyebabkan kontinuitas usaha budidaya jamur tiram konsumsi terganggu.  Petani (petani mitra pengabdian) akhirnya terpaksa memesan bibit jamur (terutama bibit F2) dari pulau Jawa yang tentu harga nya menjadi sangat mahal.   

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat pada kesempatan  ini berjudul “Pelatihan Pembibitan Jamur Tiram Untuk Petani Jamur di Desa Suro Ilir Kab. Kepahiang” dilakukan sebagai upaya untuk membantu masyarakat untuk memecahkan permasalahan ketersediaan bibit khusunya bagi petani jamur di wilayah kabupaten Kepahiang dan sekitarnya. 

Pelaksana kegiatan PPM ini terdiri dari tiga orang dosen Unib yaitu ibu Dr. Irma Badarina, S.Pt, MP, ibu Prof.Dr.Ir. Endang Sulistyowati, M.Sc. serta ibu Ir. Nadrawati, MP dan dibantu oleh empat orang mahasiswa Unib. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.  Sebagaimana tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Perguruan Tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (PPM).  Universitas Bengkulu sebagai salah satu bagian dari institusi pendidikan nasional berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan PPM. 

Bibit jamur terdiri dari media induk (mother culture), bibit induk (F1) dan bibit produksi (F2) dan bahkan bibit produksi F3.  Media yang umum digunakan untuk mother culture adalah potato dextrose agar (PDA).  Media PDA instant dibuat oleh pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai, namun harganya mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Harga media PDA  berkisar Rp 500.000,- hingga Rp 1.500.000,- setiap 500 g.  

Tags :
Kategori :

Terkait