Ferguson Tidak Bisa Menyangkal Liverpool

Ferguson Tidak Bisa Menyangkal Liverpool

Sport

LIVERPOOL – Jamie Carragher berharap Liverpool bisa secepatnya mengunci gelar Premier League setelah kompetisi kembali digelar. The Reds harus menunggu 30 tahun untuk meriah titel tersebut.
Menurut Carragher, Liverpool dan klub utama lainnya sangat kesulitan meraih trofi Premier League ketika Manchester Unites di bawah racikan Sir Alex Ferguson selalu mendominasi title tersebut. Selepas Ferguson meninggalkan Setan Merah pada 2013 akhirnya klub lain punya banyak kesempatan, termasuk Liverpool saat ini.
“Sir Alex adalah seorang genius,” ujar Carragher dikutip Radar Tasik dari The Guardian.
“Liverpool akhirnya tampak seperti kembali ke puncaknya sekarang tetapi hanya sejak Ferguson pergi klub-klub selain United telah diberi kesempatan,” tutur dia seraya menyebut bahwa Ferguson telah memastikan dirinya dan Steven Gerrard mengakhiri karier yang sukses tanpa memenangkan liga.
Carragher memulai karier di tim utama para pertengahan tahun 90-an. Dia bergabung The Reds setelah Liverpool meraih gelar Liga Premier terakhir pada 1990. “Sejujurnya, itu bukan masalah besar,” katanya. “Karena itu terjadi setiap saat,” tambah komentator Sky Sport itu.
Dia mengungkapkan, pada awalnya, Ferguson mengalami kesulitan menukangi United lantaran Liverpool begitu perkasa di Premier League di era tahun 80-an. “Ferguson ingin membeli Peter Beardsley dan John Barnes tetapi mereka berakhir di Liverpool. Hal-hal ini membuat perbedaan besar dan didokumentasikan dengan baik bahwa Ferguson merasa sulit di United pada awalnya, tetapi Anda hanya perlu melihat apa yang dia capai bersama Aberdeen untuk mengetahui bahwa dia adalah manajer yang berkualitas,” tutur mantan bek Liverpool itu.
“Ketika Liverpool mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan—Kenny Dalglish pergi, kehilangan gelar ke Arsenal pada tahun 1991—ia (Ferguson) mencium ‘bau darah’, mengambil kesempatan dan tidak pernah memberi Liverpool kesempatan untuk kembali. Liverpool tidak memberinya kesempatan ketika ia (Ferguson) tiba di tahun 1986, bahkan tidak sedikit menghirup gelar, tetapi begitu United mulai menang, mereka memiliki seorang manajer yang tahu bagaimana mempertahankannya,” tutur dia.
Pada akhir Februari lalu, Liverpool berada di jalur untuk memecahkan rekor 28 pertandingan Liga Premier tak terkalahkan. Sayangnya, pada laga ke-28 itu, secara tak terduga The Reds tumbang di kandang Watford dengan skor telak 3-0. Meski demikian, Carragher tidak memedulikan catatan rekor itu.
“Saya tidak berpikir akan ada terlalu banyak kekecewaan tentang stadion yang kosong, penggemar Liverpool hanya ingin melihat gelar dimenangkan dengan cara yang benar. Tidak ada yang mau diberikan, seperti yang terjadi di liga lain, dan saya tidak berpikir banyak orang terlalu peduli untuk memecahkan rekor. Bahkan sebelum pertandingan Watford, sebelum lockdown, saya tidak merasa bahwa semua orang berbicara tentang menjadi tak terkalahkan, musim ini adalah tentang mengakhiri penantian 30 tahun itu,” ujar dia.
Menurut dia, jika Liverpool telah meraih dua atau tiga gelar dalam beberapa musim terakhir, mungkin saja bisa fokus mempertahankan rekor tak terkalahkan. Namun, untuk saat ini, mencatatkan rekor itu adalah prioritas kedua. “Jika saya berada di posisi Jürgen Klopp, saya akan mulai berpikir tentang musim depan segera setelah gelar itu diraih,” tutur dia.
Dia menyebut, Klopp bisa melakukan rotasi dan memberikan kesempatan kepada para pemain muda untuk menunjukkan kemampuannya di sisa pertandingan setelah titel Premier League dalam genggaman. Pemain-pemain seperti Naby Keïta, Takumi Minamino, dan Divock Origi mesti diberi menit bermain cukup panjang. Dengan demikian, Liverpool akan memiliki 15 pemain terbaik dalam kondisi top. “Sehingga mereka dapat memulai dengan sangat cepat, yang mungkin menjadi keuntungan jika Manchester City masih memainkan pertandingan Liga Champions pada bulan Agustus,” tutur dia. (Fin)

Sumber: