Harga Sayuran Mendadak Anjlok, Petani Dipastikan Merugi
ICKO/CE Tampak beberapa komoditi sayuran yang mengalami penurunan harga. --
REJANG LEBONG, CURUPEKSPRESS.COM - Berbeda dengan harga bahan pokok lainnya yang mengalami kenaikan.
Harga beberapa komoditi sayuran di pasaran wilayah Rejang Lebong pasca kenaikan BBM, mendadak anjlok.
Sebagaimana disampaikan Kepala Disperindagkop UKM Dra Upik Zumratulaini SP MSi, jika hal itu lantaran karena beberapa komoditi sayuran di RL tidak bisa diekspor keluar daerah.
Sehingga menyebabkan di wilayah RL sendiri yang merupakan salah satu penghasil sayur terbesar, banjir akan sayuran. Sementara peminat sayuran di RL tidak sebanyak stok sayuran yang tersedia.
BACA JUGA:BBM Naik, SPBU Dijaga Ketat Polisi
BACA JUGA:Timbun Ratusan Liter BBM Subsidi, 3 Warga Kepahiang Diamankan
"Karena harga BBM naik, petani kita di RL tidak bisa mengekspor sayuran ke luar daerah. Sehingga stok sayur di dalam daerah melonjak, sedangkan peminatnya kurang. Untuk itulah harga beberapa komoditi sayuran di pasar mengalami ke anjlok," ujarnya.
Dikatakan Upik, akibat anjloknya harga sayur tersebut. Banyak petani di RL mengalami kerugian. Hal itu lantaran karena biaya pupuk dan perawatan yang dikeluarkan para petani sayur tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan.
"Karena harga sayur dipasaran mendadak anjlok lantaran tidak bisa diekspor keluar daerah. Banyak petani sayur kita yang merugi. Baik itu rugi secara materi, maupun rugi secara waktu dan tenaga. Untuk itu bisa dikatakan kenaikan BBM ini memiliki dampak yang sangat besar unyuk masyarakat," ucapnya.
Masih dikatakan Upik, berkenaan dengan hal tersebut dirinya juga akan berupaya menekan inflasi yang terjadi saat ini. Baik itu dengan mengadakan bazar maupun operasi pasar.
BACA JUGA:Harga Sembako di OP Lebih Murah
BACA JUGA:BBM Naik Polisi Gelar FGD
Dan juga akan terus melakukan pengawasan secara rutin, agar inflasi yang terjadi tidak semakin melonjak.
"Kami akan memikirkan upaya, agar harga sayuran di pasar tidak semakin anjlok. Dan stok yang tersedia juga tidak membusuk karena tidak laku," terangnya.
Sementara itu disampaikan Anggi (36) yang merupakan salah seorang pedagang sayuran di Pasar Atas Curup, hampir semua jenis sayur mengalami penurunan harga yang cukup signifikan.
Seperti sawi manis, sawi putih, sawi pahit yang harga nya hanya Rp 7 ribu perkilo, dimana sebelumnya harga sawi Rp 10 ribu perkilo.
Kol Rp 6 ribu, yang sebelumnya Rp 15 ribu perkilo, tomat Rp 8rb, yang sebelumnya Rp 10 ribu perkilo, wartel Rp 10 ribu perkilo yang sebelumnya Rp 12 ribu perkilo, dan juga beberapa komoditi sayuran lainnya yang harganya anjlok.
BACA JUGA:Dewan Support Pengadaan 2 Unit Truk Sampah
BACA JUGA:Soal Isu Subsidi Dicabut Warga Tolak BBM Naik
"Karena harga sayuran anjlok akibat BBM naik. Sayuran yang saat ini stoknya melimpah pun kurang diminati masyarakat, sehingga menyebabkan banyak sayuran yang membusuk akibat tidak laku," sampainya.
Sementara itu berbeda dengan beberapa jenis sayuran tersebut sambung Anggi, Harga cabe di pasar melonjak.
Hal itu dikarenakan kebanyakan cabe yang diperjual belikan di pasar adalah cabe impor dari luar daerah. Dan saat ini stok cabe berkurang, sehingga harga nya melonjak kembali.
"Berbeda dengan sayuran yang harusnya kita ekspor. Harga cabe gang di impor dari luar daerah melonjak. Seperti cabe merah yang saat ini harganya Rp 100 ribu perkilo, padahal sebelumnya sudah turun menjadi Rp 60 ribu. Cabe hijau Rp 50 ribu perkilo, sebelumnya hanya Rp 40 ribu. Cabe rawit Rp 70 ribu perkilo, yang sebelumnya sudah turun Rp 30 ribu perkilo," sampainya.
Karena nya Anggi mengharapakan, pemerintah setempat dapat membantu menekan harga-harga tersebut akan tidak melonjak tinggi maupun anjlok jauh.
"Kami berharap, meskipun harga BBM naik. Harga bahan pokok dan juga sayuran bisa diimbangi. Jangan sampai mengalai kenaikan ataupun penurunan harga yang terlampau jauh," singkatnya.
Sumber: