Dimana secara teori, peluang anak Dadang diterima di sekolah itu cukup besar. Karena jarak rumahnya dengan SMA favorit tersebut berada dalam satu zonasi.
Namun, apakah secara otomatis anak Dadang bisa diterima di SMA favorit idaman keluarga?
Ternyata tidak segampang itu. Dari pantauan melalui sistem PPDB Online selama proses pendaftaran, Dadang menemui banyak terjadi kejanggalan.
BACA JUGA: Pembangunan Infrastruktur Pendidikan di Kepahiang Harus Diprioritaskan, Ini Kata Kepala Disdikbud!
BACA JUGA:Pendidikan Online: Meningkatkan Kualitas Belajar di Zaman Digital
Karena tiba-tiba, banyak calon siswa pendaftar yang jarak antara rumah dengan sekolahnya hanya ratusan meter. Tak hanya satu atau dua siswa, jumlahnya bisa mencapai puluhan.
Padahal, setelah dilakukan survei atau pengamatan secara langsung. Dalam radius 1 kilometer di sekeliling sekolah tak banyak permukiman penduduk.
Yang ada gedung perkantoran dan warung-warung. Dan kalau pun ada anak mereka yang mendaftar sekolah, apa iya jumlahnya sampai puluhan.
Karena hak itu, akhirnya anak pertama Dadang ini tak diterima di sekolah negeri impian yang satu zonasi dengan rumahnya.
BACA JUGA:Cek!! Ini Daftar Puluhan PPPK Batal Lulus Karena Kualifikasi Pendidikan Tidak Sesuai
BACA JUGA:Pentingnya Pendidikan bagi Perempuan yang belum Menikah
Akan tetapi, meski banyak menemukan sejumlah kejanggalan dalam PPDB online dengan sistem zonasi ini, dia memilih untuk tak melakukan protes keras.
Karena sejak diterapkan sistem zonasi, kasus dugaan manipulasi jarak rumah dengan sekolahan atau pindah kartu keluarga selalu terjadi dan seperti dibiarkan saja.
Protes pun seperti tak pernah ditanggapi oleh pihak sekolah dan pihak terkait. Lantas apakah hal ini terjadi juga di wilayah kalian?silahkan komentari pendidikan kita di Indonesia ini.