Kader TPK Diminta Aktif, Atasi Stunting

Kader TPK Diminta Aktif, Atasi Stunting

Dok/CE Sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting di puskesmas Lebong.--

LEBONG, CURUP EKSPRESS.COM - Pasca adanya kasus sebanyak 16 balita di wilayah Kecamatan Tubei yang mengalami kasus stunting. Kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Daerah (Pemda) terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lebong.

Dengan kondisi itu, kader Tim Pendampingan Keluarga (TPK) yang berada di wilayah tersebut diminta untuk berperan aktif dalam upaya mencegah dan penurunan angka stunting. 

BACA JUGA:5 Organisasi Dapat Kucuran Hibah Rp 1 M

BACA JUGA:Soal Penyertaan Modal Manajemen PDAM Lapang Dada

Kabid Pengendalian Penduduk DP3AKB Lebong, Imelda Diansari SH menekankan dalam persoalan stunting di wilayah kecamatan tubei sangat perlu mendapatkan perhatian serius, karena sebagian masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting.

"Maka dari itu Kader PKK di kecamatan tubei harus betul-betul memahami upaya dalam penanganan stunting. Para kader diminta aktif melakukan deteksi dini, pendataan, dan secara intensif melakukan pemantauan dan upaya penanggulangannya. Karena kader ini merupakan garda terdepan untuk pencegahan stunting," kata Imelda.

BACA JUGA:Maling Motor, ABG Ikut US dari Jeruji Besi

BACA JUGA:Bolos Saat Jam Kerja, TPP Terancam Dipotong

Untuk kader yang sudah di bentuk itu, sambung Imelda masing masing mempunyai tugas utamanya dalam pencegahan stunting mulai dari melaksanakan pendampingan, penyuluhan, pelaporan dan memberikan rujukan pengobatan terhadap anak penderita stunting.

"Bidan sebagai koordinator dan memberikan layanan kesehatan, kader PKK memberikan informasi dan penggerak, mencatat pendampingan keluarga dan pelaporan dengan sistem aplikasi khusus. Saat ini masih dalam tahap sosialisasi," ujarnya.

BACA JUGA:15.825 Warga Belum Rekam KTP-el

BACA JUGA:Sekda: Assessment Dulu, Baru Lelang

Selain itu tugas lain dari pada kader itu ialah melakukan pendampingan terhadap keluarga terutama kepada pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu pasca salin. Kemudian melakukan edukasi kepada calon pengantin agar mereka memahami dan siap saat terjadi kehamilan.

"Karena bayi stunting banyak terjadi karena faktor orang tua yang tidak siap di masa kehamilan, kurang asupan gizi baik pada ibu hamil maupun bayi yang sudah dilahirkan," ucapnya.

Lanjut Imelda, upaya pencegahan dan penurunan kasus stunting juga dilakukan setiap bulannya melalui kegiatan posyandu, seperti penimbangan berat badan, pemberian vitamin.

BACA JUGA:SDN 58 RL, Saat Pembagian Raport Gelar P5

BACA JUGA:SDN 37 RL, Pembangunan Mushola Didukung Wali Murid

Tak hanya itu, untuk pencegahan dan penurunan stunting juga perlu dilakukan adalah adanya konvergensi aksi nyata. Karena pencegahan dan penurunan stunting dibutuhkan komitmen bersama dari semua pihak, terutama para orang tua anak itu sendiri. 

"Kegiatan posyandu sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil, balita, hingga bayi. Alhamdulillah, setelah belasan kasus stunting ditemukan antusias masyarakat mengikuti posyandu sudah mulai tinggi," jelasnya. 

BACA JUGA:Seragam Gratis Masih Tahap Pengerjaan

Untuk itu pihaknya meminta kepada masyarakat dalam hal ini ikut turut membantu memfasilitasi agar berjalan dengan baik tim- tim kader tersebut. Karena Masalah stunting ini bukan hanya peran pemerintah saja melainkan peran dari seluruh masyarakat lebong.

"Pada intinya kita saat ini fokus untuk menurunkan dan mencegah kasus stunting ini. Terlebih di tahun 2023 kasus stunting harus turun 19 Persen," tukasnya. 

Sumber: