Selain Keindahannya, Ada Kisah Menarik Di Balik Danau Tes Lebong
Adit/CE Danau Tes Kabupaten Lebong--
LEBONG, CURUP EKSPRESS - Danau memanglah tempat wisata dimana anda bisa menghabiskan waktu luang sembari menyegarkan kepala.
Namun juga Danau memiliki banyak kisah rakyat baik berbentuk legenda, mitos, kepercayaan dan tambo.
Di Provinsi Bengkulu sendiri terdapat salah satu Danau yang memiliki kepercayaan yang cukup tinggi, danau tersebut yaitu Danau Tes Kabupaten Lebong.
Danau Tes ini terbentang di antara dua buah dusun adat suku Rejang, yaitu Dusun Adat Kutei Donok (Desa Tengah) dan Dusun Adat Tes.
Danau Tes ini terletak di Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Wilayahnya ada di lereng pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.
Sejarah singkat berdasarkan dari beberapa sumber, ada sebuah cerita legenda dari masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa Danau Tes ini dulunya adalah aliran dari Sungai Air Ketahun, tapi karena suatu hal akhirnya aliran Sungai tersebut berubah menjadi sebuah danau.
BACA JUGA:
- Kental Dengan Kisah Mistis, Tembok Penuh Darah Benteng Marlborough di Bengkulu
- Kisah Yoni Hidup Sebatang Kara Dari Pulau Jawa Merantau Kepahiang Hanya Sebagai Pemulung
Dulu ada seseorang yang sangat sakti, dia hanya hidup berdua dengan anak laki-laki satu-satu nya, dia memiliki lidah yang amat sakti, sehingga apapun yang di katakannya akan selalu menjadi kenyataan itulah kenapa masyarakat setempat memanggilnya dengan nama si Pahit Lidah.
Akan tetapi, dia tidak pernah mengucapkan sesuatu, jika tidak ada alasan kuat yang mengharuskan dia mengucapkannya. suatu hari, si pahit lidah ingin membuka sebuah lahan di daaerah Baten Kawuk, daerah tersebut berjarak 5 kilo meter dari desa tempat tinggalnya.
Setelah mendapatkan ijin dari sang ketua desa, si Pahit lidah mulai memberi tahu warga sekitar kalau dia akan pergi ke Baten Kawuk untuk membuat lahan persawahan.
Si pahit lidahpun mulai bekerja dengan sangat bersemangat dan giat, dia menebang semua pohon di lahan tersebut, dan membersihkan lahan dari semak belukar yang ada.
Saat selesai dia mencangkul lahan tersebut, sehingga dalam dua hari dia telah menyelesaikan lahan seluas setengah hektar.
Dia amat puas akan hasil kerjanya, akan tetapi para tokoh-tokoh masyarakat dan para tetua di kampungnya mulai mencemaskan sikap si pahit lidah yang membuang tanah hasil cangkulannya ke Sungai Air Ketahun, mereka takut jika aliran air sungai terhenti, maka desa Kutei Donok bisa tenggelam karena banjir.
Akhirnya mereka sepakat untuk mengelabui si pahit lidah bahwa anak nya telah meninggal dunia.
Sumber: