Toxic Positivity, Ketika Berpikir Positif Justru Membebani

Sabtu 07-12-2024,03:00 WIB
Reporter : ARI M RIDWAN
Editor : Nike Oktarina

Mengatasi kesulitan memerlukan proses. Ketika seseorang dipaksa untuk melupakan rasa sakit dan hanya fokus pada hal positif, mereka kehilangan kesempatan untuk memahami dan menerima perasaan mereka.

Akibatnya, proses penyembuhan menjadi tertunda.

  • Merusak Hubungan

Toxic positivity tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tetapi juga hubungan dengan orang lain.

Ketika seseorang yang sedang kesulitan mendengar respon seperti “Jangan terlalu dipikirkan, hidup itu indah”, mereka mungkin merasa diabaikan atau tidak dipahami, sehingga menjauhkan diri dari orang yang sebenarnya ingin membantu.

BACA JUGA: Tips Bekerja dengan Atasan yang Toxic

BACA JUGA:Tanda Lingkungan Kerja Toxic yang Bikin Tidak Produktif

 

Bagaimana Menghindari Toxic Positivity?

  • Validasi Perasaan

Daripada langsung memberikan solusi atau dorongan positif, dengarkan dulu apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Ucapan seperti “Aku bisa mengerti kalau ini berat untukmu” lebih baik daripada memberikan nasihat yang terkesan memaksa.

  • Berikan Ruang untuk Emosi

Izinkan diri sendiri dan orang lain untuk merasakan emosi yang muncul. Menangis, marah, atau kecewa adalah bagian dari proses penyembuhan yang alami.

  • Fokus pada Empati, Bukan Solusi Instan

Empati tidak selalu berarti memberikan jawaban. Kadang, kehadiran dan perhatian lebih berharga daripada kata-kata motivasi.

Berpikir positif tetaplah hal yang baik, selama tidak dipaksakan.

BACA JUGA:Toxic Telationship : Ini dia ciri ciri kalau pasanganmu redflag

BACA JUGA:Waspadai Ciri-ciri Toxic Friendship: Saatnya Membuat Keputusan yang Baik untuk Kesehatan Emosional Anda!

 

Penting untuk memahami bahwa emosi negatif bukanlah musuh, melainkan bagian dari kehidupan yang perlu diterima.

Kategori :