Cerita Petualangan Pendekar dari Utara Terhenti di Batu Panco

 Cerita Petualangan Pendekar dari Utara Terhenti di Batu Panco

Cagar budaya batu panco di Curup-ist-

CURUPEKSPRESS.COM - Ada cerita lain dari legenda batu panco yang masih belum begitu diketahui oleh masyarakat luar. Adapun cerita yang disampaikan pemerintah desa setempat jika konon dahulunya lokasi batu panco tersebut terdapat sebuah Talang atau jika saat ini disebut dengan desa. 

Serta ada seseorang seseorang tetua yang bernama Rajo Depati, nama aslinya Rajo Singo Rano.

 

Diceritakan kala itu, datanglah seorang pendekar dari daerah Utara yang disebut dengan Gading. Saat itu kedatangannya bertujuan untuk menantang nenek moyang Rajo Singo Rano di Lebong, dengan maksud ingin mengadu kesaktiannya sebagai pendekar.

BACA JUGA:

Mulanya kala itu, seorang cucu keturunannya yaitu Rajo Singo Rano bertanya. Ingin  kemana tujuan kamu? Lalu pendekar dari Utara itu berkata, tujuannya ingin mengadu kesaktian, ingin menantang Biku Bermano di Lebong. Jika begitu katanya, itu adalah nenek moyangku yang ingin kau tantang.

Dan dikatakan Rajo Singo Rano sebaiknya tidak perlu kesana dan silahkan pulang saja, kata Rajo Singo Rano. Namun sayangnya pendekar dari utara tersebut masih saja ingin membuktikan kesaktian Biku Bermano.

 

Bersikerasnya pendekar dari utara tersebut, membuat Rajo Singo Rano akhirnya mengajak pendekar utara tersebut untuk mengadu kesaktian dengan nya. Sebagai ganti untuk tidak menuju lokasi Biku Bermano. Akhirnya keduanya beradu panco di atas batu tersebut dengan satu tangan. Konon kala itu, datanglah sosok berwujud harimau, orang kecil, orang sakti, sudah itu kerbau jalang, kancil untuk menyaksikan kejadian penting ini.

BACA JUGA:

Dalam adu panco atau adu kesaktian tersebut berlangsung berhari - hari, yang diperkirakan hingga menahun lamanya. Puncaknya setelah pori-pori pendekar dari utara yang menjadi penantang Rajo Singo Rano mengeluarkan darah. Dan darah tersebut menetes di atas batu tersebut, yang menurut cerinya kala itu membuat batu itu berlobang-lobang, karena tetesan darah.

 

Setelah itu barulah pendekar dari utara tersebut mengakui kesaktian Rajo Singo Rano, dengan membandingkan jika cucunya saja sehebat itu, lalu bagaimana dengan neneknya Biku Bermano di Lebong. Kemudian keduanya bersalaman dan menjadi teman, serta pendekar dari utara tersebut pulang.

BACA JUGA:Mengurai Jejak Sejarah: Dampak Jangka Panjang Ibu Tien Soeharto dalam Masyarakat Indonesia

Sumber: