Aksara Ka Ga Nga Adalah Bahasa Doa dan Mantera, Ini Faktanya

Aksara Ka Ga Nga Adalah Bahasa Doa dan Mantera, Ini Faktanya

internet: salah satu aksara Ka Ga Nga-ist-

CURUPEKSPRESS.COM - Aksara Ka Ga Nga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain.

Untuk di Provinsi Bengkulu sendiri, aksara asli dari provinsi ini pun dikenal dengan sebutan Ka Ga Nga. Aksara Ka Ga Nga merupakan turunan dari aksara Palawa dan berbentuk garis siku-siku serta sangat kaku. Pada zaman dahulu, Aksara Ka Ga Nga ini ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk.

BACA JUGA:

Masyarakat zaman dulu menggunakannya untuk menuliskan doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat, sejarah, informasi, yang dikirimkan secara pribadi atau masyarakat luas. Awal mula kemunculan aksara Ka Ga Nga ini ada pada zaman Kerajaan Majapahit yang datang ke Tanah Rejang sekitar 600 dan 700 tahun lalu.

Dimana ada empat orang putra-putra Raja Majapahit yang datang ke Tanah Rejang dengan tujuan untuk mencari daerah yang bisa mereka kuasai dan mereka pimpin sebagai kerajaan. Mereka dikenal dengan 4 Tuan Biku yang memimpin Kerajaan Rejang Empat Petulai kala itu yakni Tuan Biku Sepanjang Jiwo (Petulai Tubei), Biku Bermano (Petulai Bermani atau Manai), Biku jembo (Petulai Jekalang), dan Bikau sangkalo (Petulai Selupuak Jang).

BACA JUGA:

Disisi lain, beberapa ahli bahasa mengklaim bahwa ada hubungan antara aksara ini dengan hieroglif Mesir dan bahasa Ibrani. Istilah Ka Ga Nga sendiri di cetuskan oleh Mervyn A. Jaspan, Antropolog Inggris yang menerbitkan buku Folk Literture of South Sumatera.

Menurutnya, Ka-Ga-Nga merupakan kerabat beberapa aksara yang tersebar di Sumatera sebelah selatan. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatera sebelah selatan adalah Surat Ulu dan diperkirakan pernah digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya.

BACA JUGA:

Di Museum Negeri Bengkulu sendiri banyak ditemukan potongan naskah penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dahulu, yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Saat ini budaya tulisan Ka-Ga-Nga kembali dimunculkan ke masyarakat salah satunya adalah dengan menambahkan symbol – simbol tulisan dan huruf tersebut pada motif batik atau yang lainnya. Selain itu anak sekolah kini juga mulai diperkenalkan dengan aksara Ka-Ga-Nga pada mata pelajaran Muatan Lokal. 

 

 

 

Sumber: